Masyarakat Endus Unsur Persaingan Usaha di Balik Iklan BPA Free Produsen AMDK

Ilustrasi Galon Air (Shutterstock)

Beritakota.id, Jakarta – Banyak masyarakat yang akhirnya mengendus adanya unsur persaingan usaha di balik iklan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) yang menyuarakan BPA Free dengan iming-iming kesehatan. Namun, masyarakat menyatakan tidak peduli dengan iklan yang disampaikan terkait BPA Free tersebut.

Salah satu akun di twitter yang mengendus adanya unsur persaingan usaha di iklan BPA Free itu adalah John Sitorus@Mudik7. Dia mengatakan bosan dan merasa capek melihat iklan-iklan perusahaan AMDK yang saling bersaing dengan cara-cara menyebarkan kampanye negatif. “Makanya kalau melihat isu bahaya BPA pada galon guna ulang, ini mah cuma perang dagang perusahaan galon sekali pakai vs galon guna ulang,” cuitnya.

Bahkan dia mencurigai perang dagang ini mulai masuk mengintervensi regulator untuk mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan perusahaan tertentu. “Dalam hal ini BPOM RI diintervensi untuk endorse kebijakan pelabelan BPA galon polikarbonat,” ucapnya.

Menurutnya, kebijakan ini bukan hanya tidak fair dan menjatuhkan kredibilitas BPOM, tapi juga merugikan konsumen karena yang menanggung cost dari pelabelan BPA adalah konsumen. “Selain itu, basis kebijakan ini juga tidak memiliki bukti atau evidence based yang kuat,” tukasnya.

Dia pun sangat menyayangkan kalau kebijakan ini nantinya benar-benar direalisasikan. Itu artinya, urusan kepentingan dagang bisa sampai mengintervensi regulasi. “Dari sini kita dipertontonkan dengan adanya kongkalikong antara regulasi dengan perusahaan yang punya kepentingan bisnis,” tuturnya.

Masyarakat lainnya yang juga mengendus adanya isu persaingan usaha di balik iklan BPA Free produsen AMDK adalah Rismaya. Melalui akun twitternya Rizmaya@Rismaya, dikatakan kampanye-kampanye negatif dari produsen AMDK yang menyuarakan pelabelan BPA Free hanya agenda settingan saja, apalagi dengan menggaet organisasi-organisasi “siluman” yang dibentuk khusus untuk isu ini. “Semakin besar kecurigaan saya isu ini hanya settingan saja. Publik juga saya kira sudah mahfum kalau isu ini hanya persaingan bisnis semata,” tukasnya.

Bahkan, ada masyarakat yang dibuat bingung dengan iklan yang disampaikan produsen AMDK yang mengklaim kemasannya BPA Free atau bebas BPA. “Kan memang kemasannya tidak menggunakan BPA? Ya, seandainya juga tidak diiklankan, orang pasti sudah tahu bahwa itu BPA Free,” cuit @FigoFico di akun twitternya.

Dia mengatakan bahwa yang seharusnya diiklankan produsen galon sekali pakai itu agar diketahui masyarakat adalah bebas dari etilen glikol, asetaldehide dan antimon yang juga sangat beresiko terhadap Kesehatan. “Zat-zat itu yang seharusnya disampaikan ke publik karena kemasannya mereka itu ada zat-zat tersebut, bukan punya orang lain. Itu kan curang namanya. Apa namanya ini kalau tidak ingin menjatuhkan produk orang lain,” cetusnya.

Akun twitter EasyPeasy@NayDonuts mengendus bahwa cara-cara marketing BPA Free ini dipakai untuk menutup-nutupi kalau produk galon sekali pakai itu banyak masalahnya, mulai dari sampah, mikroplastik, kandungan zat berbahaya seperti etilen glikol, asetaldehide dan antimon.  “Jadi, jangan mau dibohongi sama praktik kampanye negatif beginian,” katanya mengajak para netizen.

Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, bahkan mengaku ada pihak-pihak yang melakukan framing terhadap dirinya terkait isu BPA ini. Dia mengatakan ada pihak-pihak yang membuat rilis palsu terkait pernyataannya di beberapa media. Dia merasa tidak pernah diwawancara terkait hal yang menyebut-nyebut soal isu BPA. “Waduuh.. ini ada yang framing.. ada mafia,” ujarnya.

Pegiat Literasi yang juga Co-founder REDAXI (Indonesian Antihoax Education Volunteers), Astari Yanuarti, melihat serangan negatif BPA galon guna ulang berbahan polikarbonat yang dilakukan buzzer lebih digiring ke arah Twitwar atau perang opini di Twitter. Pemilihan topiknya juga sengaja dibuat oleh sekelompok pihak seperti buzzer/influencer untuk isu-isu yang sudah dipesan. “Twitwar bisa berulang, terutama jika topiknya memang sengaja diciptakan seperti topik galon BPA ini,” ujarnya.

Menurutnya, secara umum, salah satu karakter penyebaran hoaks adalah daur ulang isu yang serupa. Artinya, hoaks yang sudah disebarkan dalam periode tertentu, akan disebarkan lagi di masa mendatang, meskipun sudah ada klarifikasi terhadap hoaks tersebut.

“Pola ini juga terjadi pada hoaks terkait bahaya BPA pada balita, ibu hamil, dan menyusui. Hoaks yang sudah tersebar sejak beberapa tahun lalu dan sudah diklarifikasi oleh berbagai pihak yang berwenang seperti Badan POM dan para dokter, namun sampai hari ini masih diedarkan oleh berbagai pihak di media sosial. Bahkan hoaks ini masih dipercaya oleh sebagian pihak sehingga tidak heran jika sampai hari ini masih beredar,” katanya.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *