Menlu Retno: Persedian Logistik WNI di Tiongkok Hanya Bisa Mengcover Lima Hari

Beritakota.id, Jakarta – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengungkapkan bahwa persediaan logistik Warga Negara Indonesia (WNI) di Tiongkok menipis. Menurut Retno persediaan kebutuhan sehari-hari WNI di lokasi karantina hanya bisa mengcover tiga sampai lima hari ke depan.

”Kita tahu bahwa ketersediaan kebutuhan sehari-hari warga negara kita menipis. Masih ada (persediaan logistik) tiga sampai lima hari,” kata Retno usai Rakor Tingkat Menteri (RTM) terkait virus korona yang dipimpin Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy di gedung Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (28/1).

Oleh karena itu, kata Retno pemerintah Indonesia berupaya memenuhi kebutuhan logistik WNA di lokasi karantina mengingat Wuhan posisi lockdown. ”Kita berusaha untuk memenuhi kebutuhan logistik ini. Tentunya cara memenuhinya tidak semudah kalau posisi kota itu normal. Ini kan posisi adalah lockdown tetapi upaya kita lakukan,” kata Retno.

Dikatakan Retno, menurut informasi laporan dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Cina, Djauhari Oratmangun bahwa masih ada beberapa toko yang beroprerasi sehingga WNA masih bisa membeli kebutuhan sehari-hari. Meski dengan harga yang mahal. ”Ini berdasarkan koordinasi. Semuanya ini berdasarkan komunikasi kita dengan para pelajar tersebut (di Wuhan), koordinatornya tentunya. Nah mereka membeli harganya memang lebih tinggi,” kata Retno.

Menurut Retno, pemerintahan Indonesian tentunya tidak tinggal diam. Pemerintah terus melakukan koordinasi mengecek kebutuhan-kebutuhan para pelajar atau mahasiswa di titik isolasi. ”Jadi bantuan itu sudah diberikan dari waktu ke waktu akan dicek. Hari ini akan dicek lagi apakah ada keperluan lain yang diperlukan dan itu akan dibantu oleh pemerintah,” kata Retno.

Selain bahan pokok atau makanan dan kebutuhan sehari-hari, WNA di Wuhan juga membutuhkan bantuan masker berkualitas bagus yakni N95. Sebagaimana yang direkomendasikan ahli kesehatan bahwa masker N95 memang bagus untuk menyaring partikel-partikel asap berukuran kecil di bawah 10 PM. Sehingga bisa mencegah virus masuk ke seluran nafas lewat udara.

Menurut Retno pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengirimkan masker ke Wuhan. Tentunya proses logistik ini sudah dikoordinasikan dan mendapat izin masuk dari Otoritas Tiongkok.

”Kita sudah kontak dengan BNPB dan BNPB akan mengirimkan masker melalui Garuda ke Beijing. dari Beijing kita sudah kontak layanan pengiriman yang mendapatkan izin dari otoritas Tiongkok untuk masuk ke wilayah yang dikarantina itu. Kita sudah kontak dan mereka bersedia sehingga kiriman masker itu juga akan di lakukan,” terang Retno.

Pada kesempatan yang sama Doni Monardo Kepala BNPB mengatakan pihaknya akan mengirim 10.000 masker N95 ke Wuhan. Pengiriman masker tersebut dilkaukan secara bertahap. Hari ini, Selasa (28/1) BNPB mengirimkan 5000 lembar masker.

”Sesuai permintaan dari Bapak Dubes Djauhari Oratmangun, kita akan kirim 10.000 masker N95. Mungkin hari ini baru setengahnya bisa kita kirim kemudian selanjutnya akan bertahap. Jika nanti dirasa kurang kita upayakan tambah lagi,” kata Doni.

Selain persoalan logistik WNI di lokasi karantina Wuhan, pada RTM Retno juga melaporkan bahwa data WNA yang ada di provinsi Hubei saat ini sebanyak 243, 100 diantaranya berada di kota Wuhan.

Ia juga menyampaikan bahwa komunikasi antara KBRI di Beijing bahwa para WNI yang ada di Wuhan mayoritas adalah pelajar atau mahasiswa. Komunikasi dengan para pelajar WNI tersebut sangat intens. “Hampir semuanya adalah pelajar. Itu sangat baik (komunikasi), intensif,” kata Retno.

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *