Beritakota.id Jakarta – Purwakarta adalah kota tempat pertama Naila mengenal dunia yang indah dan sejuk, saat mata membuka hanya seorang ibu yang mendekap badan mungil nan kecil tanpa sehelai kain pun menutupi. Hari demi hari bulan dan tahun dilewati bersama ibu dan kakaknya.
Naila lahir dari keluarga yang broken home, baginya tidak mudah menjalani seorang yang broken home. Awalnya memang berat menjalani hinaan, cacian, dan makian yang sering singgah padanya.
Hingga suatu hari semua yang dirasakan Naila dicurahkan melalui sebuah coretan semua beban rasa sedih di ungkapkan pada sebuah buku yang selalu menemani.
“Rasa gundah, rasa sedih sedikit terobati, hingga suatu saat ada sebuah kompetisi di sekolahnya saat itu diikuti oleh Naila yaitu lomba mendongeng dan pantun. Alhamdulillah dirinya mendapatkan juara 1 dalam mendongeng dan pantun juara ke 2. Berangkat dari situ kaki, hati, dan tekad nya tumbuh, sehingga aku harus maju untuk hidup dan masa depanku,” ujar Naila putri kelahiran 28 Februari 2013.
Dari hembusan nafas sosok ibunya itu menjadi tekad dan dari tetesan air mata ibunya itu pun menjadikan semangat hidup Naila untuk merubah hidup yang lebih baik dan berarti. Dari keringat ibunya yang berjuang menghidupi Naila dari kecil itu lah cambuk untuk tetap hidup dan tidak mudah menyerah. Dirinya harus bangkit berjuang untuk surga nya (ibuku), papar Naila hingga tersedu meneteskan air mata.
Saat itu di sekolah tepatnya di SDN 5 Kaler, Purwakarta, tempat Naila menimba ilmu ada pelajaran membuat puisi yang bertemakan “ayah”, ia bingung apa yang harus di tulis karena dirinya punya ayah tapi tidak pernah merasakan kehadiran seorang ayah. Naila tulis apa yang di rasakan saat itu dengan tulis puisi berjudul “siapa ayah”.
Ibu guru memanggil Naila setelah puisi itu di baca, dan meminta kembali membuat puisi sebanyak banyak nya hingga akhir nya Naila bisa menghasilkan sebuah karya buku yang berjudul “Bidadari”.
Beranjak dari situ lah, Naila bangkit dan sering menulis mengikuti beberapa perlombaan tingkat provinsi, nasional dan internasional. Adapun buku yang ditulis olehnya :
• Buku antalogi rindu sekolah
antalogi Pentigraf
• Buku antalogi tema senja (JSI)
• Buku antalogi berpetualang (JP)
• Buku antalogi kisah misteri (JP)
• Buku antalogi masa kanak kanak (KPPJB)
Lomba yang pernah diikuti yaitu menulis puisi tingkat nasional “keluarga”, Favorit menulis puisi asia “rindu ku luka ku”, penulis terbaik dari 1500 peserta, menulis cerpen penulis terbaik 3200 peserta, mendongeng juara 1 tingkat kabupaten, mendongeng juara 2 tingkat kecamatan.
Semua yang Naila lalui tidak mudah dan tidak akan berjalan kalau tidak ada doa dan dukungan dari ibundanya yang super women yang selalu ada untuknya yang selalu menyusut air mata Naila dengan senyum dan kesabarannya.
Aku berharap hanya ingin membahagiakan surgaku, ingin sekolah yang tinggi walau tidak mungkin karena ibuku hanya seorang wanita yang tidak bekerja yang serba kekurangan, papar Naila dengan segala keterbatasanya.
Naila mempunyai tekad dan keyakinan suatu hari nanti akan ada kebahagiaan menghampiri dirinya dan bisa mengangkat derajat ibunya, tambah dan tutup Naila dengan penuh yakin serta doa.