Beritakota.id, Jakarta – Kalangan pelaku usaha restoran meminta pemerintah melonggarkan kapasitas pengunjung dan jam buka saat Ramadan. Hal itu demi meningkatkan penjualan di bulan puasa dari tradisi buka bersama (bukber) yang biasa dilakukan masyarakat.
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin mengatakan, restoran ingin agar kapasitas pengunjung dinaikkan menjadi 75%, bahkan kalau boleh sampai 100%.
“Saya kira ini harusnya sudah diberikan kelonggaran kapasitasnya tidak 50% lagi, harus 75% atau 100% dibuka,” kata dia seperti dikutip, Jumat (9/4/2021).
Selain itu, jam operasional yang saat ini hanya sampai jam 9 malam diharapkan bisa diperpanjang hingga 12 malam. Tujuannya agar orang-orang yang buka bersama di restoran memiliki waktu yang lebih fleksibel.
“Kenapa? Karena restoran/hotel itu momennya itu saat ini, mau Ramadhan ini momen kita mendapatkan peningkatan penjualan, bukan mendapatkan keuntungan, mendapatkan peningkatan penjualan. Kalau untung sih kita sudah nggak usah mikir lah, tahun lalu kita sudah nggak untung, tahun ini juga tidak akan untung,” paparnya.
Pihaknya meminta kapasitas maupun jam operasional dilonggarkan secara berbarengan. Sebab, jika hanya jam buka saja yang diperpanjang menurutnya tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan konsumen.
Emil menjelaskan, pihaknya mengusulkan kelonggaran karena melihat keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan PPKM mikro bukan dipengaruhi oleh restoran, baik yang berdiri sendiri maupun restoran yang berada di mal.
“Nah, begitu PPKM mikro ini diterapkan karena sistemnya atau penjagaannya dilokalisir jadi (tingkat) RT/RW, semua membenahi, mengawasi daerahnya masing-masing, itu ternyata efektif, mereka berhasil,” ujarnya.
Dia juga berpendapat saat ini masyarakat sudah semakin teredukasi akan pentingnya melaksanakan protokol kesehatan. Mereka kini memiliki kesadaran yang lebih tinggi. Jadi menurutnya tak masalah jika ada kelonggaran untuk restoran.
“Jadi bukan mal sama restoran dan hotel yang dibatasi (sehingga PPKM mikro) ini berhasil tapi karena lokalisir sistem di tingkat mikronya yang bikin berhasil,” pungkas Emil.