Berita Kota – Kemarau tiba, air di sungai Pasar Batang, Brebes menyusut drastis. Para petani bawang di wilayah tersebut pun gigit jari.
Sungai yang biasanya menjadi sumber air irigasi untuk tanaman bawang mereka, kini kering kerontang.
Tak punya pilihan, para petani terpaksa menggunakan air comberan, air limbah penduduk, untuk mengairi tanaman mereka.
“Sungai yang biasanya mengalir deras sekarang kering kerontang,” keluh Taryono, salah satu petani bawang. “Tanaman bawang saya butuh air, tapi sungai sudah tidak mengalir. Mau tak mau saya terpaksa pakai air comberan.”ucapnya.
Taryono menjelaskan, untuk mendapatkan air comberan pun tidak mudah. “Jaraknya jauh, makanya saya harus pakai disel dan pipa untuk menyedot airnya,” ujar Taryono.
Kondisi ini membuat para petani bawang di Brebes cemas. Masa panen semakin dekat, namun tanaman mereka terancam kekeringan.
Agus Riyanto, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (PSDAPR) Brebes memberikan tanggapan atas keluhan para petani pada Selasa (07/08/2024), disampaikan ” Pada musim kering saat ini, kondisi debit air yang mengalir lewat Sungai Pemali mengalami penurunan yang sangat signifikan. Normalnya, debit air yang dialirkan melalui Bendungan Notog mencapai 22 kubik air. Saat ini turun hingga 2 kubik saja. Alhasil bagi para petani di Brebes yang sistem pengairannya mengantungkan dari keberadaan air di Sungai Pemali akan menjadi tantangan tersendiri”.
Lebih lanjut dijelaakan, “Pada saat ini ada kesepakatan antara dinas pengairan dengan P3A – Perkumpulan Petani Pemakai Air, dimana air dari Bendungan Notog akan dialirkan ke saluran irigasi kanan dan kiri secara bergantian tiap dua hari. Dengan demikian, diharapkan para petani yang berada di kawasan irigasi ini dapat secara adil mendapatkan pengairan”.
Bagi sejumlah petani di Brebes, menyikapi musim kering dimana untuk mengairi persawahan, mereka menyedot air langsung dari aliran sungai Pemali. Tentu saja, ini dapat dilakukann dengan biaya ekstra.
Untuk mengantisipasi kekeringan dan berujung pada kegagalan panen, Dinas PSDAPR menghimbau kepada para petani, dapat mematuhi SK Pemda Brebes atas jenis komoditas pertanian yang ditanam sesuai dengan musim tanam (MT). Sebagaimana disebutkan bahwa dalam satu tahun terbagi atas 3 (tiga) musim tanam. MT1, yang memiliki karakter musim dengan curah hujan tinggi, cocok untuk budidaya Padi.
Sementata pada MT2, dimana hujan mulai berkurang, akan cocok ditanami Padi dan atau Palawija. Sementara di MT3, dimana hujan sudah jarang terjadi, lebih tepat menanam tanaman Palawija yang membutuhkan air tidak banyak. Saat ini, termasuk di masa musim tanam tiga.
Agus Riyanto menggaris bawahi pentingnya mengatur siklus tanaman ini. Menurutnya, dengan menanam sesuai dengan musimnya, akan menyelamatkan bukan hanya panen tanaman tersebut, namun juga kesinambungan sumber daya air yang ada. Kita tahu bahwa eksploitasi air yang berlebihan akan menjadi ancaman ekologis.
“Penurunan debit air Sungai Pemali tak liput dari perubahan fungsi lahan yang ada disekitar hulu. Perubahan lahan yang sebelumnya bisa menjadi sumber dan penampung air, kini terancam dengan alih fungsi menjadi pertanian. Akibatnya, wilayah yang dulunya bisa menjadi sumber dan pengakap air, kini tidak bisa lagi. Pembukaan lahan-lahan pertanian, menjadikan kawasan hulu Sungai Pemali mengalami penurunan kualiatas dan kuantitas air”, pungkasnya.