Beritakota.id, Jakarta – Tahun 2020 akan segera berakhir, banyak diantara kita yang sudah memiliki rencana untuk merayakan malam pergantian tahun dengan ragam kegiatan menyenangkan bersama keluarga dan sahabat. Menyantap makanan dan minuman, seperti halnya mengadakan pesta barbeque, kemungkinan besar akan menjadi kegiatan utama dari perayaan tersebut. Momen membahagiakan seperti ini kerap membuat kita berlebihan dalam mengkonsumsi makanan terutama dalam konsumsi daging. Namun sekarang kita tidak perlu khawatir karena kita masih dapat menikmati momen sekaligus pesta perayaan dengan memilih pola makan flexitarian diet, pola makan yang sebagian besar menganjurkan makanan nabati dengan meminimalkan asupan daging tanpa mengecualikannya sama sekali
Menurut ahli diet Dawn Jackson Blatner, pola makan flexitarian-diet dapat membantu kita dalam memperoleh manfaat dari pola makan vegetarian seraya tetap menikmati produk hewani secukupnya. Pola makan ini lebih fleksibel daripada diet vegetarian atau vegan. Dengan semakin banyaknya orang di seluruh dunia yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ahli flexitarian, kami melihat perkembangan dari tren plan-based food.
Kekhawatiran tentang kesehatan, lingkungan, dan kesejahteraan hewan adalah alasan utama yang mendorong perkembangan tren plant-based food ini. Secara global, industri makanan terus-menerus memperkenalkan plant-based meat dan produk non-susu baru ke pasar, memberikan lebih banyak pilihan kepada konsumen ketika menerapkan flexitarian-diet. Plant-based meat dibuat sangat mirip dengan daging hewani, tetapi memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dan tidak mengandung kolesterol berbahaya. Hal ini didukung senada dengan jurnal penelitian terbitan American Heart Association, mengonsumsi daging nabati dapat membantu mengurangi risiko berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit jantung, kolesterol tinggi, kanker, dan diabetes.
Tren ini akan terus berkembang seiring dengan merebaknya Covid-19. Sebuah riset yang dirilis FMCG Gurus pada Juli 2020 menemukan fakta bahwa pandemi telah mendorong sebanyak 95 persen konsumen Indonesia melakukan berbagai upaya untuk tetap sehat. Sebanyak 47 persen konsumen Indonesia menyatakan bahwa mereka berencana untuk memasukkan lebih banyak makanan nabati ke dalam pola makan mereka agar tetap sehat.
Mengingat konsumen ingin meningkatkan konsumsi makanan berbahan dasar nabati untuk mendukung gaya hidup yang lebih sehat dan lebih bersih, mereka juga mengharapkan daging nabati ini memiliki tampilan yang sama seperti daging asli. Sebuah studi yang dilakukan oleh FMCG Gurus terhadap konsumen Indonesia menemukan bahwa 61% responden menganggap warna dan penampilan penting untuk daging nabati. 65% lainnya percaya bahwa warna membantu membuat produk ini menarik secara visual, dan 58% berpendapat bahwa hal tersebut dapat meningkatkan ekspektasi rasa. Namun, protein nabati tidak terlihat enak tanpa warna. Biasanya, produsen menggunakan warna alami pada daging ini untuk memberikan rona merah seperti daging asli sebelum dimasak, dan yang berubah menjadi coklat setelah dimasak. Warna alami terutama berasal dari sumber alami seperti buah, sayuran dan tumbuhan seperti bit merah atau kentang ungu, menjadikannya solusi pewarnaan yang ideal untuk produk nabati.
Jaringan restoran global seperti KFC, McDonald’s, Dunkin Donuts dan Burger King semuanya memperkenalkan daging nabati ke dalam menu mereka yang sangat mirip dengan daging hewani dalam hal rasa, tekstur, dan penampilan. Maraknya tren nabati juga terlihat dari kemunculan restoran vegan seperti Burgreens Eatery, Bluezone, Dharma Kitchen, iVegan Pizza di Jakarta. Sayangnya, produk semacam ini belum banyak kita lihat di supermarket atau ruang ritel di Indonesia.
Dengan manfaat kesehatan dan klaim berkelanjutan yang terkait dengan makanan nabati, mungkin tidak lama lagi kita akan melihat lebih banyak produk daging nabati yang tersedia di Indonesia. Semoga di waktu yang sama tahun depan, konsumen memiliki lebih banyak pilihan untuk merayakan tahun baru dengan cara yang lebih sehat.
Respon (1)