Prospek Pemangkasan Suku Bunga Menurun, Dolar AS Menguat

Ilustrasi Dolar AS (ist)

Beritakota.id, Jakarta – Mengawali perdagangan hari ini, Selasa (14/01/2025) Dolar AS bergerak mendekati level tertinggi dalam lebih dari dua tahun. Penguatan didukung sikap para pedagang yang mengurangi harapan atas pemangkasan suku bunga AS pada tahun 2025. Hal ini terjadi setelah data ekonomi AS yang kuat. Sementara itu, kekhawatiran investor tentang kesehatan fiskal Inggris menjadi titik utama yang membuat pound sterling melemah.

banner 336x280

Seiring dengan mendekati pelantikan Presiden terpilih Donald Trump, fokus pasar tertuju pada prospek kebijakannya. Ada keyakinan bahwa kebijakannya akan meningkatkan pertumbuhan tetapi menambah tekanan harga. Dengan menggunakan kebijakan tarif 2018-2019 di era pertama pemerintahannya, diperkirakan bahwa dolar akan tetap kuat sepanjang tahun.

Oleh sebab itu, potensi ancaman tarif bersama dengan pendekatan terukur yang dilakukan oleh Federal Reserve terhadap rencana pemangkasan suku bunga di tahun ini telah mengangkat imbal hasil Obligasi dan dollar AS. Penguatan ini jelas menempatkan euro, pound dan yen di bawah tekanan.

Sebagian pelaku pasar memiliki keyakinan akan bergesernya kemungkinan kebijakan tarif AS dapat dinaikkan secara bertahap. Ini membuat Dolar AS sempat mengalami penurunan sebelumnya, menyusul berita utama di Bloomberg. Dikabarkan pemerintahan Trump dapat mengambil pendekatan bertahap terhadap rencana kenaikan tarif tersebut. Jika berita ini terus berlanjut hingga masa pelantikan nanti, kemungkinan besar imbal hasil Obligasi dan Dolar AS akan turun sementara ekuitas AS berbalik naik.

Angka laporan pekerjaan yang luar biasa pada hari Jumat memperkuat dukungan untuk sikap hati-hati bank sentral AS terhadap pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut tahun ini, fokus investor akan tertuju pada laporan inflasi yang akan dirilis pada hari Rabu.

Para pedagang memperkirakan pelonggaran sebesar 29 basis poin tahun ini, lebih rendah dari 50 basis poin yang diproyeksikan oleh Fed pada bulan Desember, ketika Fed mengguncang pasar dengan pendekatannya yang terukur terhadap pemotongan suku bunga karena kekhawatiran inflasi.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun menyentuh level tertinggi dalam 14 bulan sebesar 4,799% pada hari Senin dalam perdagangan yang tidak menentu sebelum akhirnya turun kembali. Imbal hasil tersebut berada pada level 4,7717% pada jam-jam awal perdagangan Asia.

Baca juga : Lapangan Kerja Masih Solid, Dolar AS Melonjak Naik

Dampak Global Penguatan Dolar AS

Kombinasi dari penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil Obligasi AS telah menekan arus keuangan ke seluruh dunia dan mulai menimbulkan masalah. Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam unit lainnya, naik 0,16% di 109,59, tidak jauh dari level tertinggi 26 bulan di 110,17 yang dicapai pada hari Senin.

Euro sendiri stabil di $1,02475 pada perdagangan awal tetapi mendekati level terendah lebih dari dua tahun di $1,0177 yang dicapai pada hari Senin. Yen berada di 157,54 per dolar, menjauh dari level terendah hampir enam bulan yang dicapai minggu lalu.

Pound telah menjadi sasaran para pedagang mata uang global dengan pasar Inggris yang terpukul oleh melonjaknya imbal hasil obligasi. Sementara imbal hasil yang lebih tinggi sering kali mendukung mata uang tersebut, ada keyakinan bahwa biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat memaksa pemerintah Inggris mengendalikan pengeluaran atau menaikkan pajak untuk memenuhi aturan fiskalnya, yang berpotensi membebani pertumbuhan di masa mendatang. Pound terakhir mencapai $1,2211 pada perdagangan awal setelah mencapai $1,21 pada hari Senin, terendah sejak November 2023.

Dolar Australia naik 0,13% pada hari itu di $0,6184, setelah mencapai level terlemahnya sejak April 2020 pada hari Senin. Dolar Selandia Baru naik 0,3% menjadi $0,55995, mendekati level terendah dua tahun yang dicapai pada sesi sebelumnya. (Lukman Hqeem)

banner 728x90
Exit mobile version