Raker dengan Menteri ATR, Ahmad Irawan Ungkap 3 Masalah Pertanahan Masyarakat di Indonesia

Anggota Komisi II DPR, Ahmad Irawan
Anggota Komisi II DPR, Ahmad Irawan

Beritakota.Id, Jakarta – Anggota Komisi II DPR, Ahmad Irawan menyoroti 3 masalah pertanahan yang sering menjadi persoalan di masyarakat.

Menurutnya yang pertama soal sistem kearsipan dan riwayat tanah melalui sistem digitalisasi dokumen. Hal ini biasanya terkait dokumen dan warkah (riwayat tanah) ini belum tertata rapi melalui digitalisasi dokumen di kantor pertanahan/agraria tata ruang.

“Padahal ini sangat penting sekali dan urgent,” ujar Irawan saat Rapat Kerja dengan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid di Senayan, Jakarta, Rabu (30/10/2024).

Baca juga: Kepada PBNU, Nusron Wahid: Kalau Haji Tidak Ada Masalah Tentu Tidak Ada Pansus Haji

Legislator dari Dapil Jawa Timur V ini menambahkan permasalahan lainnya adalah soal penggunaan Hak Guna Usaha (HGU) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Menurutnya banyak luas lahan perkebunan yang telah ditanami komoditas tertentu ternyata tidak sesuai dengan konsesi yang diberikan.

“Misalnya, diberikan HGU 20.000 ha, namun yang digunakan hanya 4.000 ha. Nah, HGU yang 20.000 ha itu sudah diagunkan ke perbankan untuk membiayai bisnisnya,” terangnya.

Permasalahan ketiga yaitu perlunya meninjau menghitung kembali atau reevaluasi aset pemerintah terhadap HGU tersebut. Sehingga berpotensi untuk menambah pendapatan negara.

“Ini penting sekali, mengingat HGU-HGU tidak disalahgunakan oleh pihak lain,” tutur Politisi Muda Golkar.

Baca juga:

Ditempat yang sama,  Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid mengatakan bahwa para mafia tanah dalam praktiknya kerap melibatkan tiga komponen atau elemen.

“Kalau kami identifikasi, mafia tanah itu selalu elemen atau unsurnya itu melibatkan tiga komponen,” kata Nusron dalam Rapat Kerja perdana.

Pertama, kata Nusron lagi, kemungkinan melibatkan oknum orang dalam.

Lalu Kedua, lanjut dia, pemborong tanah yang ikut ambil kepentingan di dalamnya.

Terakhir, tambah dia, adanya pihak ketiga yang menjadi pendukung dari praktik mafia tanah. “Pendukung itu dimulai dari oknum kepala desa, bisa oknum lawyer, bisa oknum PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah), oknum notaris,” ucapnya.

Diketahui rapat perdana Rapat Kerja perdana Komisi II DPR RI bersama dengan Menteri ATR/BPN beserta jajaran itu beragendakan perkenalan antara pimpinan dan anggota Komisi II DPR RI dengan jajaran Kementerian ATR/BPN, hingga pembahasan rencana strategis Kementerian ATR/BPN dalam 100 hari Kabinet Merah Putih (KMP).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *