Beritakota.id, Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 2025, STOP TB Partnership Indonesia (STPI) bersama Medco Foundation dan PR Konsorsium Penabulu-STPI, dengan dukungan Kementerian Kesehatan RI, menyelenggarakan Konferensi Pers dan Talkshow Kesehatan bertajuk “AKSI TBC”. Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen berbagai pihak dalam upaya penanggulangan tuberkulosis (TBC) di Indonesia, di tengah tantangan pembekuan dana USAID dan efisiensi anggaran nasional.
Muhammad Hanif, S.E., Dewan Pengurus STPI, dalam sambutannya menekankan bahwa peran semua elemen masyarakat sangat krusial dalam pemberantasan TBC.
“Komunitas TBC adalah ujung tombak dalam deteksi dini, pendampingan pengobatan, dan edukasi masyarakat. Dengan kolaborasi, kita dapat mengubah narasi TBC dari tantangan menjadi kemenangan,” tegas Hanif, Senin (28/4/2025) di Jakarta.
Senada dengan itu, dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, Ketua Tim Kerja TBC Kementerian Kesehatan RI, memaparkan bahwa pandemi COVID-19 telah menyebabkan keterlambatan dalam penemuan kasus TBC. Akibatnya, estimasi kasus TBC tahun ini meningkat hingga mencapai 1.090.000 kasus.
Namun, berkat kebijakan Peraturan Presiden No.67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC, kinerja penemuan kasus di tahun 2024 menunjukkan perbaikan.
“Pemerintah berkomitmen menjadikan TBC sebagai isu prioritas nasional, dan ini telah ditegaskan oleh Presiden Prabowo di berbagai kesempatan,” ujar dr. Tiffany.
Meskipun demikian, tantangan besar masih membayangi, terutama stigma sosial dan kesenjangan akses layanan kesehatan.
“Stigma dan hoaks di masyarakat masih menjadi hambatan, termasuk dalam pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) kepada kontak erat pasien. Padahal, TPT sangat penting untuk mencegah perkembangan infeksi laten menjadi penyakit aktif. Sayangnya, cakupan TPT baru mencapai 19% hingga Maret 2025,” tambah dr. Tiffany.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Henry Diatmo, MKM, Direktur Eksekutif STPI, menekankan pentingnya peran komunitas dalam penanggulangan TBC di tingkat akar rumput.
“Komunitas berperan langsung mendampingi pasien dan penyintas TBC, memberikan advokasi ke pemerintah, melibatkan sektor swasta, hingga mendukung pasien melalui platform seperti LaporTBC,” jelas dr. Henry.
Sementara itu, dr. Betty Nababan, National Program Director PR Konsorsium Penabulu-STPI, menjelaskan bahwa konsorsium mendorong peran aktif Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) sebagai sub-recipient dana Global Fund.
“Saat ini ada 229 sub-recipient yang aktif melakukan skrining kontak erat TBC, merujuk kasus ke layanan kesehatan, dan menggerakkan kader dalam program SIKAT TPT untuk memperluas cakupan terapi pencegahan,” ungkap dr. Betty.
Baca juga : Stop TB Partnership Tekankan Pentingnya Kemitraan Tangani TBC
Kontribusi serupa juga disampaikan oleh Ir. Yani Panigoro, Ketua Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). PPTI mengambil peran dalam mengisi kekosongan kegiatan yang belum terdanai, seperti edukasi berbasis komunitas serta mendorong deteksi dini dan kepatuhan pengobatan pasien TBC.
Keseluruhan acara menggarisbawahi bahwa eliminasi TBC tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Diperlukan kolaborasi lintas sektor — termasuk komunitas, sektor swasta, dunia pendidikan, dan media untuk memperkuat strategi nasional menuju Indonesia bebas TBC.
Peringatan HTBS 2025 mengusung tema “Terima Kasih Sudah Bertahan, Para Pejuang dan Pemerjuang TBC”, sebagai bentuk penghormatan bagi para penyintas, tenaga kesehatan, dan relawan yang terus berjuang melawan TBC di tengah berbagai keterbatasan.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, diadakan pula Art Exhibition “Cerita dalam Lensa”, yang berlangsung mulai 28 hingga 30 April 2025 di Lantai Mezzanine, The Energy Building, Jakarta Selatan. Pameran ini menampilkan 25 hingga 40 karya seni fotografi yang menggambarkan perjuangan para penyintas, tantangan sosial, serta kekuatan komunitas dalam melawan stigma TBC.
Dengan kolaborasi semua pihak, Indonesia optimistis dapat mempercepat upaya eliminasi TBC demi mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera. (Herman Effendi)