Beritakota.id, Jakarta – Akhir-akhir ini begitu banyaknya pemberitaan yang beredar tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak. Merupakan suatu fenomena gap gender, Kondisi dimana adanya perasaan superioritas dan lebih besarnya kekuatan antara satu gender ke gender yang lain yang kemudian menciptakan adanya kesenjangan.
Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi di masyarakat tetapi terjadi juga di kampus, di lingkungan pendidikan yang harusnya menjadi tempat yang aman untuk pelajar melanjutkan pendidikannya.
Dengan latar belakang hal tersebut, Universitas Sahid menggelar serangkaian acara sebagai bentuk dukungan Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (AKTPA), diantaranya yaitu dibentuknya Pos Sapa, penyelenggaraan webinar tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak, Stunting dengan Prodigi, lomba tiktok, podcast dan sebagai puncak acara yaitu pemilihan Duta Anti Kekerasan 2021 yang dilaksanakan pada Kamis (9/12) digelar secara offline dengan pelaksanaan Prokes. Proses pemilihannya sendiri berlangsung sejak 25 November lalu. Melalui kegiatan-kegiatan ini, Universitas Sahid berkomitmen untuk mendukung kampanye ini sebagai edukasi bagi seluruh wanita terpelajar untuk berperan serta dalam menurunkan kasus kekerasan seksual di ranah privat dan komunitas.
Pada puncak acara pemilihan duta mahasiswa anti kekerasan Universitas Sahid, Duta mahasiswa terpilih Andi Anggreni dan Malika Hasa Aulia sebagai juara runner up mendapatkan piagam penghargaan, hadiah uang tunai dan trophy, serta akan melaksanakan masa bakti selama 1 tahun melalui SK Rektor Universitas Sahid Jakarta dan memiliki kewajiban untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan DPAPP DKI Jakarta, Pusat Studi Gender (PSG) dan POS SAPA USAHID, responsif dan concern terhadap isu kekerasan di lingkungan kampus USAHID dan membuat catatan aktivitas terlibat dalam setiap kegiatan/acara anti kekerasan didalam PSG dan POS SAPA USAHID dan atau DPPAPP DKI Jakarta.
Prof. Dr. Ir. Kholil, M.Kom, mengatakan, “Duta yang terpilih dan juga sebagai kampus pelopor bisa melahirkan duta-duta Usahid yang bisa membangun sinergi antara masyarakat dengan kampus dalam rangka mendukung anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan juga duta-duta tersebut bisa memberikan edukasi dan sosialisasi baik kepada lingkungan Usahid maupun di luar kampus, sehingga kampanye yang digagas Pemprov DKI ini bisa sukses berjalan dengan baik.
Lebih lanjut dikatakan, program ini bisa dilaksanakan seluruh Perguruan Tinggi (PT) khususnya yang sudah kerjasama dengan Pemprov DKI, dan juga diharapkan Dikti bisa memprogramkan semua Perguruan Tinggi punya program yang mendukung anti kekerasan terhadap perempuan dan anak sehingga ini akan menjadi gerakan Nasional.
Di saat yang sama, Hendry Novtrizal, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas PPAPP DKI Jakarta menjelaskan bahwa, “DKI cukup tinggi angka kekerasan terhadap perempuan dan anak, tiga tahun ini kita libatkan semua stakeholder mulai dinas pendidikan, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), perangkat daerah dan masyarakat untuk terus memviralkan upaya-upaya secara bersama-sama menggaungkan anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan kita lihat bersama Usahid melakukan terobosan dan gerakan dengan pemilihan duta anti Kekerasan terhadap perempuan dan anak, Pos Sahabat Perempuan dan anak yang akan menjadi wadah, yang selama ini korban takut bicara dan melapor sehingga kami membentuk Pos Sapa, sarana untuk masyarakat tidak takut dan berani melapor.”
Perempuan dan anak hanya ingin dilihat sebagai seorang individu dan manusia, tanpa melihat gender mereka apa. Diperlakukan tidak menyimpang, tidak terus menerus menjadi korban pelecehan seksual, korban kekerasan, dan mendapatkan hak yang sama dalam segala aspek kehidupan.
Mari bersama saling bersinergi semua pihak, Stop Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak!
Jaga perempuan dan anak di sekitarmu, lindungi, sayangi seperti kamu menjaga diri sendiri dan menyayangi ibumu.