BERITAKOTA.id, BREBES – Sebagai bagian dari perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke-79, Warga Desa Randusanga Kulon menyelenggarakan turnamen sepak bola antar-RT. Afan Setiono, Kepala Desa Randusanga Kulon, Brebes menjadi penanggung jawab turnamen yang diikuti oleh 16 kesebelasan.
Sayangnya, saat memasuki pertandingan di hari ketiga, ada insiden dimana perangkat pertandingan tidak hadir. Tiga wasit, yakni wasit pertandingan dan dua wasit kiri dan kanan lapangan tidak bisa memimpin pertandingan dengan alasan mereka ada pertandingan di turnamen lainnya.
Afan Setiono, yang juga sebelumnya adalah manajer tim Persab dalam Piala Soeratin, merasa kecewa dengan kejadian ini. Pasalnya pemberitahuan yang mendadak disaat turnamen berjalan, dianggapnya telah menyepelekan hajatan warga Desa Randusanga Kulon tersebut.
Warga desa bersama dengan 16 tim tersebut meradang dan siap melakukan aksi demo ke Asosiasi PSSI Kabupaten Brebes (ASKAB). Namun Afan, yang menjadi salah satu Kepala Desa favorit ini berhasil meredam kegusaran warganya dan hanya membawa sejumlah perwakilan dari panitia dan peserta turnamen untuk mengajukan protes ke ASKAB.
Saat bertandang ke kantor ASKAB, rombongan dari Desa Randusanga Kulon ini diterima oleh sejumlah pengurus tanpa kehadiran ketua Heri Fitriansyah yang berhalangan hadir. Mereka memprotes kinerja wasit dan meminta penjelasan ASKAB sebagai organisasi yang menaungi wasit-wasit tersebut.
Dijelaskan olehnya, bahwa Panitia Pelaksana (Panpel) turnamen sepakbola antar RT Desa Randusanga secara resmi telah mengajukan permohonan penggunaan wasit dari ASKAB. Asosiasi juga menanggapi dengan mengirimkan wasit untuk memimpin pertandingan disana.
Ia menyoroti kejelasan aturan dan profesionalitas perangkat pertandingan. “Kami telah mengajukan permohonan perangkat pertandingan dan berkomunikasi terkait honorarium. Namun, mengapa terjadi pembatalan pengiriman wasit di tengah jalan?” tanyanya.
Bambang Purwantoro, pengurus ASKAB menjelaskan ” Saat ini banyak sekali turnamen-turnamen sepak bola yang digelar, umumnya terkait dengan perayaan Kemerdekaan RI. Wasit-wasit yang ada juga sudah tersebar namun memang tidak mencukupi dengan jumlah turnamen yang sedang berjalan. Oleh sebab itu, kami menghimbau dan menyarankan pada panitia turnamen, untuk bisa menggunakan perangkat pertandingan dari anggota lingkungan masyarakat menyikapi hal ini.”
Lebih lanjut dijelaskan olehnya bahwa secara aturan main, penggunaan wasit lokal dari masyarakat setempat memungkinkan dalam pertandingan yang bersifat lokal dan bukan turnamen resmi PSSI. Terkait dengan honor wasit yang dituding menjadi alasan ketidak hadiran mereka, Bambang menegaskan bahwa asosiasi tidak mengatur sejauh itu. Permasalahan honor diserahkan sepenuhnya kepada dua belah pihak, wasit dan panitia.
Setelah menyampaikan keluhannya, Afan berharap Asosiasi dapat memberikan keterangan dari jawaban permasalahan ini secara tertulis, membalas surat yang disampaikan Panitia sebelumnya. Harapannya, agar masyarakat tahu dan bisa paham dengan alasan ketidak hadiran wasit-wasit tersebut.
Secara konstruktif, ia berharap agar Asosiasi berbenah, sehingga terjalin komunikasi yang lebih baik dimasa depan. Dengan demikian kejadian serupa tidak terulang dan turnamen-turnamen yang diselenggarakan masyarakat dapat berjalan lancar.