BERITAKOTA, Jogjakarta – Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) adalah acara tahunan yang sudah berjalan selama 5 kali sebagai rangkaian dari HUT Kota Jogja. Mengambil konsep karnaval jalanan yang menggabungkan dengan tokoh dan lakon pewayangan. Penampilan ini melibatkan seni koreografi, busana, serta musik kontemporer. Antusiasme warga Jogja atas WJNC menjadikan acara ini selalu ditunggu baik masyarakat Jogja ataupun wisatawan.
Ditengah wabah Corona ini, penyelenggara WJNC dilakukan sesuai protkol kesehatan. Acara ditayangkan secara virtual melalui kanal YouTube dari Pemkot Jogja pada Rabu (21/10/2020) pukul 18.30. Selain itu juga secara simultan ditayangkan pada kanal dari Dalang Seno, Ki Seno Nugroho, Labs Channel, dan Musisi Jogja Project. Menurut Maryustion Tonang, Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, pelaksanaan WJNC tahun ini merupakan ikhtiar agar kegiatan ini masuk menjadi agenda pariwisata nasional.
Melalui penayangan secara streaming ini MaryustionTonang berharap masyarakat tetap bisa menikmati gelaran WJNC dari rumah tanpa melanggar protokol kesehatan. Meski WJNC dilakukan secara streaming, namun tidak mengurangi nilai dan esensi pertunjukan wayang. Hal ini sesuai dengan semangat HUT Kota Jogja kali ini Tan Mingkuh Tumapak ing Jaman Anyar, sehingga streaming YouTube ini diharapkan menjadi salah satu pengaplikasian semangat kami dalam berkarya dan berkreasi, jelas Maryustion Tonang.
WJNC kali ini juga tetap menggandeng seniman lokal seperti Ki Seno Nugroho, Tri Suaka, Dimas Tejo, Srundeng Angkringan, Sothil Angkringan, Trinil Angkringan, Michela Thea, Putri Manjo, Avie Koesnadi, dan masih banyak lagi lainnya.
Untuk mempersiapkan kegiatan ini, pada Senin (19/10/2020) dilakukan pengambilan gambar di 4 lokasi menarik di Kota Jogja. Pengambilan gambar dibarengi dengan penampilan band akustik, mini orkestra dan tari-tarian yang akan ditayangkan bersamaan dengan live streaming YouTube pada tanggal 21 Oktober 2020. Empat lokasi pengambilan gambar tersebut adalah Pojok Benteng Gondomanan, Plaza Pasar Ngasem, Tugu Pal Putih, dan Pedesterian Suroto.
Di Pojok Benteng menampilkan Mini Orkestra yang membawakan lagu Yogyakarta, Anoman Obong, Kebyar-kebyar. Di Plaza Ngasem menampilkan Tari Edan-edanan, Mentjoba, Guyub Nusontoro, dan Neng Omah Wae. Di Tugu Pal Putih menampilkan Tari Solah Buto dan Wadhana Ananggadipa. Di Pedesterian Suroto menampilkan musik Akuistik yang membawakan lagu Jangan Salah Menilai, Seandainya Aku Punya Sayap, dan Layang Kangen.
Pementasan WJNC kali ini mengambil Lakon Babad Alas Mertani. Lakon ini dipilih karena lakon ini dirasa relevan dengan keadaan yang kita alami saat ini. Lakon ini berkisah tentang Pandawa yang dihadapkan dengan tempat, kondisi, dan keadaan baru, yaitu Alas Mertani. Alas Mertani merupakan hutan lebat tempat para binatang buas dan bangsa jin bersemayan. Alas Mertani yang juga terkenal dengan bahaya dan keangkerannya menjadi tantangan yang berat bagi Pandawa. Perjuangan dan kekompakan Pandawa melawan gangguan musuh yang tidak bisa mereka lihat dan ketahui bisa menjadi teladan.
Menurut Maryustion Tonang, semangat Tan Mingkuh Pandawa dalam memerangi musuh, tumapaknya pandawa di Alas mertani, serta gandeng gendong mereka dalam menutupi masing-masing kekurangan dianggap relevan dan representatif dengan apa yang terjadi saat ini. Diharapkan dengan lakon ini bisa menjadi refleksi yang aktual bagi pemirsa, khususnya dalam menghadapi situasi dan kondisi pandemi saat ini, pungkasnya.