Beritakota.id, Kota Tegal – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tegal, Marwadi, mengumumkan inflasi Kota Tegal pada November 2024 sebesar 0,22% (mtm) atau 1,71% (ytd). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi Provinsi Jawa Tengah (0,30%; mtm) dan Nasional (0,26%; mtm).
Meskipun sedikit meningkat dari bulan sebelumnya (0,21%; mtm) akibat kenaikan harga bawang merah, minyak goreng, tomat, dan daging ayam ras, inflasi Kota Tegal tetap terkendali.
Kenaikan ini, menurut Marwadi, menyeimbangi periode deflasi selama tiga bulan berturut-turut (Mei-Juli) yang sempat berdampak pada petani dan peternak karena harga di bawah Harga Pokok Produksi (HPP).
Dalam bincang-bincang dengan awak media di Kota Tegal, Senin (16/12/2024), Marwadi menjelaskan keberhasilan upaya stabilisasi harga.
“Gerakan Pangan Murah (GPM), Bela Beli Petani, penguatan hulu-hilir komoditas pangan strategis, optimalisasi cold storage, dan edukasi masyarakat telah berhasil menjaga tingkat harga di kisaran target inflasi,” ujarnya.
Hingga November 2024, GPM telah dilaksanakan di 180 lokasi di wilayah Eks-Karesidenan Pekalongan dan akan berlanjut hingga akhir tahun untuk menyambut Nataru.
Marwadi memperkirakan IHK Kota Tegal sepanjang tahun 2024 tetap berada di kisaran target 2,5%±1%, didukung oleh prakiraan cuaca BMKG yang menunjukkan pelemahan El Nino dan sinergi pengendalian inflasi berbasis 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan kementerian/lembaga terkait.
Marwadi juga menyampaikan beberapa perkembangan terkini di BI Tegal, antara lain: Transaksi QRIS di tujuh kabupaten/kota eks-Karesidenan Pekalongan hingga Oktober 2024 meningkat signifikan, mencapai 26,3 juta transaksi (naik 201,59% secara year-on-year) dengan nilai Rp2,04 triliun (naik 196,65% secara year-on-year). BI Tegal berkomitmen mendukung pencapaian target nasional QRIS.
Selain itu, telah dilakukan 27 kali Kas Keliling Luar Kota dan 10 kali Kas Keliling Dalam Kota untuk penukaran uang tidak layak edar. Hingga awal Desember 2024, tercatat net outflow sebesar Rp9 triliun, mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai dan kondisi ekonomi yang sehat.
Terakhir, hingga November 2024, BI Tegal telah mencatat 4.190 lembar uang palsu dan terus berkolaborasi dengan perbankan dan kepolisian serta melakukan edukasi masyarakat untuk menekan peredarannya.