Beritakota.id, Jakarta – Ekonomi syariah tercatat mengalami perkembangan pesat dalam tiga tahun terakhir. Di satu sisi, Indonesia kini menjadi pangsa pasar terbesar bagi produk halal. Hal itu perlu diantisipasi agar pasar Indonesia tak sekadar menjadi konsumen.
Laporan Global Islamic Economy Indicator 2017/2018 menempatkan Indonesia pada posisi 11. Kemudian pada laporan periode 2018/2019 posisi Indonesia naik ke peringkat 10 dan kemudian naik ke peringkat kelima
Selanjutnya, pada laporan tahun 2020/2021 posisi Indonesia kembali naik ke peringkat keempat. Jika dibedah, Indonesia paling unggul pada sektor fesyen karena menempati posisi ketiga. Diikuti sektor makanan halal peringkat kempat, media dan rekreasi posisi kelima dan posisi keenam untuk keuangan syariah, pariwisata serta farmasi dan kosmetik.
Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, Bank Indonesia, Jardine Husman, mengatakan, potensi Indonesia yang besar dalam sektor ekonomi syariah sudah mulai terlihat progresif.
Karena itu, momentum tersebut harus dijaga hingga Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia. “Indonesia menjadi nomor satu karena pangsa pasarnya yang tinggi. Jadi kita harus berbenah mempersiapkan diri sehingga bukan hanya menjadi target pasar,” kata Jardine dalam webinar, Minggu (7/2/2021).
Jardine mengatakan, BI menyadari bahwa Indonesia saat ini sudah menjadi konsumen produk halal terbesar di dunia. Oleh karena itu, perlu ada upaya pendampingan dan pelatihan yang dilakukan secara intensif bagi para pelaku industri halal.
“Kami punya banyak binaan karena BI juga sudah masuk ke UMKM dan kami cari yang potensial,” kata dia.
Menurut dia, jika industri halal berkembang dengan baik, otomatis akan berdampak pada permintaan terhadap pembiayaan ke lembaga keuangan syariah. Karena itu, BI sebagai otoritas moneter turun ke sektor riil dengan tujuan industri keuangan turut mengalami perkembangan.