Beritakota.id, Jakarta – Perlambatan ekonomi Indonesia terus berlanjut hingga pada kuartal III-2020 akibat dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang disebabkan pandemi Covid-19. Hal ini berdampak kurang baik terhadap lapangan kerja dan daya beli konsumen. Di samping itu, Kementerian Keuangan memperkirakan PDB riil masih akan terkontraksi pada kuartal III-2020 sebesar -2,9% dibandingkan -5,32% y/y di kuartal II-2020, dan 2,97% y/y pada kuartal I-2020. Sementara itu, Inflasi berada di level terendah selama 3 bulan terakhir menjadi 1.42% di bulan September 2020. Bank Indonesia memutuskan menahan BI7DRR menjadi 4,00% di September 2020 dari level 5,00% di awal tahun 2020, setelah memangkas suku bunga sebanyak 4x di tahun ini.
Kondisi perekonomian Indonesia yang melemah berdampak terhadap penjualan industri otomotif sehingga menyebabkan kontrasi yang cukup dalam baik sepeda motor maupun mobil. Penjualan industri mobil baru ritel tercatat turun sebesar 46% y/y menjadi 407 ribu unit di 9M20. Secara keseluruhan penurunan terbesar didominasi segmen mobil baru penumpang sebesar 48% y/y menjadi 304 ribu unit, diikuti segmen mobil baru komersial turun 41% y/y menjadi 103 ribu unit. Sementara itu, penjualan industri sepeda motor baru ritel mencatatkan penurunan sebesar 40% menjadi 2,9 juta unit di sepanjang Januari hingga September 2020.
“Penyaluran pembiayaan baru Perusahaan tercatat sejumlah Rp 13,3 triliun di 9M20 atau turun sebesar 53% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penurunan penyaluran pembiayaan baru ini sejalan dengan lemahnya kinerja penjualan industri otomotif akibat kontraksi ekonomi dalam enam bulan terakhir. Dengan demikian total piutang yang dikelola kami mengalami penurunan sebesar 14% y/y menjadi Rp 46,1 triliun hingga akhir September 2020.” kata Hafid Hadeli, Presiden Direktur Adira Finance.
Secara keseluruhan, Perusahaan telah menyalurkan pembiayaan baru sepeda motor sebesar Rp 6,0 triliun yang terdiri dari pembiayaan untuk sepeda motor baru sejumlah Rp 4,9 triliun dan sepeda motor bekas sebesar Rp 1,1 triliun di 9M20. Penyaluran pembiayaan mobil sebesar 4,9 triliun yang terdiri dari pembiayaan mobil baru sebesar Rp 2,9 triliun dan Rp 2,0 triliun adalah pembiayaan mobil bekas. Sementara itu penyaluran pembiayaan non-automotive tercatat sebesar Rp 2,4 triliun hingga akhir September 2020.
Sehingga agar dapat mendorong kinerja penjualan, Adira Finance telah melakukan inisiatif dengan mengadakan program marketing yang menarik seperti Sobat, Tepat Mantap, Adirapoin, dan Undian Seru adiraku untuk meningkatkan penjualan. Disamping itu, Perusahaan juga terus melakukan inovasi dalam meningkatkan saluran distribusi dengan mengoptimalkan berbagai media digital, platform online, dan pameran virtual sebagai kanal pemasaran dan distribusi Perusahaan.
Di sepanjang sembilan bulan terakhir Adira Finance telah membukukan pendapatan bunga sebesar Rp 8,5 triliun atau turun sebesar 5,2% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara itu, beban bunga juga tercatat turun sebesar 4,6% y/y menjadi Rp 3,4 triliun. Sehingga pendapatan bunga bersih Adira Finance sebesar Rp 5,1 triliun, turun 5,6% y/y dan margin bunga bersih Adira Finance tercatat sebesar 13,1% di 9M20. Perusahaan telah menurunkan biaya beban operasional sebesar 1,1% menjadi Rp 2,7 triliun. Disamping itu, cost of credit mengalami kenaikan sebesar 6,9% y/y dan beban lain- lain meningkat akibat adanya biaya kerugian atas restrukturisasi kredit sebesar Rp 385 miliar di 9M20. Dengan demikian Adira Finance mencatatkan laba bersih sebesar Rp 814 miliar atau turun sebesar 42,6% dibandingkan periode sama tahun 2019. rasio ROA dan ROE masing-masing tercatat sebesar 3,3% dan 14,3%.
“Dalam menghadapi tantangan di masa pandemi Covid-19 ini, Perusahaan telah menyiapkan strategistrategi utama agar dapat terus melayani konsumen seperti memastikan kegiatan operasional Perusahaan berjalan dengan baik, memberikan program restrukturisasi kredit kepada konsumen yang terkena dampak langsung Covid- 19, mendorong program penjualan dengan menetapkan program pemasaran yang menarik bagi konsumen dan Perusahaan menjaga kualitas aset melalui praktik kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan baru dan memperkuat aktivitas collection, serta menjaga likuiditas secara efektif.” kata Hafid Hadeli, Presiden Direktur Adira Finance.
Perusahaan juga memberikan bantuan kepada konsumen yang terkena dampak langsung Pandemi Covid-19 berupa program restrukturisasi kredit sesuai dengan arahan regulator. Hingga 30 September 2020, Adira Finance telah memberikan program restrukturisasi kepada konsumen sebanyak 812 ribu kontrak atau senilai Rp 18,6 triliun. Meski demikian, jumlah nilai restrukturisasi sudah mulai melambat sejak Juli 2020.
Perusahaan juga menjadi lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan baru terutama pada kondisi di masa pandemi ini untuk menjaga kualitas aset. Di kuartal III-2020 Perusahaan telah menjaga NPL berada di level 1,8% di dibandingkan kuartal II-2020 sebesar 3,1%.
“Piutang pembiayaan yang didanai melalui skema pembiayaan bersama mencapai Rp20,6 triliun, setara dengan 45% dari piutang pembiayaan yang dikelola di Kuartal III-2020. Sementara pinjaman eksternal yang beredar sebesar Rp20,6 triliun. Pinjaman perbankan dan obligasi masing-masing memiliki kontribusi sebesar 57%:43%. Gearing ratio turun menjadi 2,7 kali dari sebelumnya 3,1 kali pada Kuartal III-2019, sehingga Perusahaan masih memiliki ruang gerak yang cukup besar untuk melakukan ekspansi bisnis ke depannya. Dalam mengelola likuiditas, kami telah memenuhi kebutuhan pendanaan hingga akhir tahun. Di 9M20, kami telah membukukan sebesar Rp 10,2 triliun penerbitan baru dari pinjaman eksternal yang terdiri dari onshore, offshore, dan obligasi untuk mendukung bisnis kami.” kata I Dewa Made Susila, Direktur Keuangan Adira Finance.