Beritakota.id, Jakarta – Tanaman bambu kembali menjadi sorotan dalam Forum Bumi bertema “Mendorong Arah Kebijakan Pelestarian dan Pemanfaatan Bambu sebagai Solusi untuk Ketahanan Ekosistem, Ekonomi, dan Sosial” yang digelar pada Kamis (18/9). Forum ini menghadirkan para pemangku kepentingan dari pemerintah, industri, dan organisasi lingkungan untuk merumuskan arah strategis pengelolaan bambu di Indonesia.

Hadir sebagai narasumber, Dr. Ir. Haruki Agustina, M.Si., MSc., Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK); Fransiska Oei, Compliance, Corporate Affairs & Legal Director PT CIMB Niaga Tbk.; Putu Juli Ardika, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian; serta Rika Anggraini, Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI.

Baca juga : Geothermal Soccer Championship, Turnamen Bagi Pelaku Industri Energi Panas Bumi

Dalam pemaparannya, Dr. Haruki menekankan peran bambu sebagai tanaman dengan kemampuan serapan karbon tinggi, yang dapat berkontribusi signifikan pada mitigasi perubahan iklim. “Bambu bisa menjadi solusi alami untuk mengurangi emisi, sekaligus menjaga ekosistem dan kualitas tanah. Pemanfaatan bambu juga selaras dengan agenda pembangunan rendah karbon Indonesia,” ucapnya.

Dari sisi dunia usaha, Fransiska Oei menegaskan pentingnya kolaborasi sektor swasta dalam pengembangan ekosistem bambu berkelanjutan. Menurutnya, keberlanjutan tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga bagaimana menciptakan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar. “Industri perbankan pun dapat berperan melalui dukungan pembiayaan hijau, agar bambu tidak hanya dilihat sebagai komoditas tradisional, melainkan bagian dari ekonomi masa depan,” jelasnya.

Sementara itu, Putu Juli Ardika menyoroti peluang besar bambu dalam sektor industri agro. Ia menyebut, bambu dapat dikembangkan menjadi produk bernilai tinggi, mulai dari furnitur, tekstil, hingga material ramah lingkungan yang dapat bersaing di pasar global. “Kementerian Perindustrian mendorong pemanfaatan bambu sebagai bagian dari substitusi bahan baku kayu, sekaligus mendukung penguatan industri hijau nasional,” ungkapnya.

Rika Anggraini dari Yayasan KEHATI menambahkan bahwa bambu bukan sekadar sumber daya alam, melainkan juga bagian dari kearifan lokal dan identitas budaya masyarakat adat. “Bambu ini alternatif pengganti kayu, mampu menyerap air, sekaligus menopang ketahanan sosial. Namun sayangnya, bambu belum banyak dilihat sebagai komoditas potensial secara luas. Padahal, jika dikelola dengan tepat, bambu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Forum Bumi ini menegaskan bahwa bambu bukan hanya warisan budaya, tetapi juga sumber daya strategis yang bisa menjawab tantangan perubahan iklim sekaligus membuka peluang ekonomi baru. Dengan sinergi kebijakan, dukungan industri, dan peran masyarakat, bambu berpotensi menjadi komoditas unggulan Indonesia di masa depan. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)