Beritakota.id, Jakarta – Idul Fitri adalah momentum untuk menguatkan niat menggapai ridha Ilahi, karena dengan niat yang kuatlah yang dapat menghantarkan diri menuju iman dan taqwa-Nya. Hari kemenangan dan membahagiakan, dalam bentuk silaturahmi dan bermaafan sehingga kembali kepada fitrah serta lebur, yaitu sirnanya dari segala kesalahan dan dosa hingga hari itu disebut sebagai hari lebaran, hari yang semua menjadi halal buah dari adanya kesadaran diri untuk menjadi orang yang rendah hati dan merasa tidak sombong dan besar hati serta takabur.
Memaafkan serta meminta maaf merupakan akhlak mulia, dan bahkan merupakan kesempurnaan iman, karena memaafkan merupakan prilaku yang sangat mulia namun berat jika nafsu kita tetap membelenggu, karena nafsu akan senantiasa membelenggu manusia mengalahkan akal serta relung hati yang mendalam.
Hawa nafsu yang selalu menjerumuskan kearah keburukan dan kesesatan, hingga Allah SWT, telah memberikan kesempatan kepada hamba yang beriman untuk melemahkan nafsu tersebut agar menjadi tunduk dan patuh pada Ilahi, sebagai bentuk pengabdian hamba dalam bentuk ibadah puasa, yang kemudian Allah menganugrahkan kepada orang yang beriman untuk kembali kepada ridhaNya dalam bentuk Iman taqwa yang sempurna.
Moment idul fitri merupakan kebaikan yang mulia agar saling berbagi kasih dengan bentuk yang mulia yaitu yang besar menghargai yang kecil dan sebaiknya yang kecil menghormati yang besar, merupakan sebuah fitrah kemanusiaan yang diajarkan dalama agama Islam.
Halal, artinya boleh dapat juga berarti bebas atau zero, berarti dalam kondisi halal adalah suatu posisi yang terlepas dari beban atau yang membebani. Media halal bihalal adalah sarana bersilaturahmi dan saling membebaskan dari segala belenggu syahwat yang angkuh dan sombong, hingga mampu menjadi tunduk dan rendah hati serta saling memaafkan, hingga pada kesempatan itulah menjadi lebur, yaitu leburnya dari dosa dan kesalahan.
Lebaran yang juga berarti labur artinya cet warna putih yang mewarnai tembok hingga menjadi bersih seperti lembaran baru, dan itulah yang dimaksud fitrah, yaitu kesucian hati dan jiwa seperti bayi yang baru dilahirkan, sebagaimana sabda baginda Rasulullah, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah” Putih bersih seperti lembaran baru, hingga menggapai ridha Ilahi, menuju keteguhan iman dan taqwa-Nya.
Pada saat ramadhan dan idul fitri itulah sesungguhnya kita membangun bi’ah, suatu kebiasaan mulia untuk dapat melatih kita menuju insan yang taat dan mulia.
Pasca lebaran seharusnya kita telah terbiasa melakukan kebaikan baik dalam beribadah dan beramal shalih, hingga benar-benar amaliyah kita pasca lebaran menjadi kebiasaan yang mulia dalam keberkahan dan keimanan serta ketaqwaan-Nya. Wallahu alam
Prof. Wan Jamaluddin, M. Ag., P. hD
Rektor UIN Raden Intan Lampung