Beritakota.id, Tunis – Akademisi Universitas Indonesia dan IPB University mengujungi Republik Tunisia untuk penjajakan kerjasama Tridharma dengan sejumlah Universitas di Republik Tunisia, negara paling utara di benua Afrika. Dalam kunjungan penjajakan kerjasama akademik ini, kedua akademisi langsung bertemu dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi pada Senin (13/01/2025).
Rachma Fitriati Akademisi Fakultas Ilmu Administasi Universitas Indonesia menyampaikan pandangannya: “Salut, karena Pak Duta Besar telah menjadikan KBRI Tunis sebagai Etalase Diplomasi Akademik dan Soft Power di Panggung Global”. Sementara itu, Prof. Noer Azzam Achsani Dekan Sekolah Bisnis IPB kagum karena Gus Dubes, demikian panggilan mahasiswa Tunisia terhadap Dubes dari kalangan Nahdiyin politisi PDIP ini, karena dianggap mampu meningkatkan citra Indonesia di mata masyarakat Tunisia.
Bahkan pemilik Café Des Delices di daerah Sidi Bou Said, yang terkenal dengan Santorini nya Tunisia, Rashid menyampaikan kekagumannya terhadap Indonesia: “Duta Besar RI untuk Tunisia adalah orang yang sangat baik, rendah hati dan religius… Beliau adalah wakil terbaik Indonesia di dunia. Saya merasa terhormat bertemu dengan saudara dari Indonesia. Saya ingin anak perempuan saya, kelak bisa bersekolah Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesua, bukan di Eropa atau Amerika.” Rachma yang bertemu langsung dengan pemilik café ini menyatakan “KBRI Tunis telah berhasil menjadi role model bagi Etalase Diplomasi Akademik dan Soft Power di Panggung Global.”
Dalam pertemuan antara akademisi UI dan IPB University dengan Duta Besar RI untuk Tunis ini, Gus Dubes menyampaikan pemikiran brilyannya pada Rachma Dosen UI tentang pembangunan Sekolah Diplomasi bagi Universitas Indonesia. Terlebih Prodi Hubungan Internasional, adalah salah satu Prodi HI terbaik di Indonesia. Dubes Indonesia menjelaskan: “Diplomasi akademik adalah alat penting dalam hubungan internasional yang memungkinkan negara-negara memperkuat pengaruh globalnya melalui pendidikan.”
Dengan menggunakan pendidikan soft power, negara dapat menarik talenta global, menyebarkan budaya dan nilai-nilainya, serta membangun kerja sama yang lebih erat melalui pendidikan tinggi, tutur Gus Mis. “Program pertukaran pelajar, kerja sama riset, dan kebijakan akademik yang terbuka menjadi bagian integral dari strategi ini, menciptakan hubungan yang lebih harmonis antarbangsa dan menjadi panggung etalase Pendidikan akademik di tingkat global”. Bahkan bukan hanya itu, Diplomasi Pendidikan sebagai soft Power dapat meningkatkan citra dan pengaruhnya di dunia internasional melalui sektor pendidikan.
Sebelumnya, akademisi UI dan IPB University ini telah mengadakan pertemuan Rektor Universitas Zaitunah Prof. Dr. Abdullatif Bouazizi dan Dekan Fakultas Ushuludun Dr. Abdulkader Naffati dan Dr.Walid. Dalam sambutannya, Rektor Universitas Zaitunah Prof. Dr. Abdullatif Bouazizi yang akrab disapa Duktur Abdullatif menyambut hangat kunjungan tersebut. Ia juga berbagi kenangan tentang kunjungannya ke Indonesia beberapa tahun lalu. Turut hadir pula dalam pertemuan ini, alumni dan mahasiswa pascasarjana Universitas Zaitunah asal Indonesia, Ahmad Farhan, Basyir Arif, Fhalih Habib Zaberti , Nauval Sholahudin, Ahya Jazuli, dan Ulung Partajaya.
Dekan Sekolah Bisnis IPB, Noer Azam, menyampaikan harapannya untuk menjalin kerjasama dalam program pertukaran pelajar. “IPB memiliki program bagi mahasiswa tingkat akhir untuk melakukan magang dan pertukaran pelajar dengan universitas di luar negeri. Meski kami telah bekerja sama dengan beberapa universitas di Korea, Jerman dan beberapa negara lainnya, kami belum memiliki kerjasama di universitas negara-negara Arab. Namun, terdapat minat dari mahasiswa IPB untuk belajar di kawasan ini,” jelasnya. Menanggapi hal tersebut, Duktur Abdullatif menyambut positif inisiatif dari IPB. “Kami siap menerima mahasiswa IPB yang ingin menjalani program pertukaran pelajar di Universitas Zaitunah. Kami juga dapat mengirimkan dosen Universitas Zaitunah ke IPB untuk mengajarkan bahasa Arab,” tuturnya.
Akademisi UI, Rachma menjelaskan adanya potensi kerjasama akademik antara Universitas Zaitunah dan UI, khususnya dalam program studi Sastra Arab, Ekonomi Islam dan Bisnis Islam. “Universitas Indonesia memiliki program Beasiswa UI GREAT yang ditawarkan kepada warga negara asing yang mendaftar untuk jenjang S2 Master. Salah satu syaratnya adalah bisa berbahasa Indonesia karena sebagian besar mata kuliah di program studi ini diajarkan dalam bahasa Indonesia,” ungkap Rachma.
Baca juga : Kemendag Berencana Perluas Pasar Ekspor Mulai Asia Tengah Hingga Amerika Latin
Sebagai langkah awal, Rachma mengusulkan kelas persiapan bahasa Indonesia bagi mahasiswa Universitas Zaitunah melalui fasilitasi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tunisia. Duktur Abdullatif menyambut baik potensi kerjasama ini, dan menegaskan bahwa mahasiswa pascasarjana Universitas Zaitunah, khususnya di program studi Ekonomi Islam, sudah terbiasa menggunakan bahasa Inggris. “Sebagian besar mahasiswa kami di program studi Ekonomi Islam memiliki latar belakang pendidikan yang menggunakan bahasa Prancis dan Inggris sebagai pengantar,” jelasnya.
Selain itu, Rachma juga menawarkan kemungkinan kolaborasi dalam penulisan artikel ilmiah terindeks Scopus. “Kita juga memiliki keinginan dalam kolaborasi pembuatan Jurnal Ilmiah terindeks Scopus bersama Universitas Zaitunah” ujar Rachma. Duktur Abdullatif setuju dengan kolaborasi co-author ini. Ia juga menyampaikan keinginannya untuk mengundang dosen UI menjadi pembicara dalam seminar internasional di Tunisia. “Kami sangat setuju dengan kolaborasi ini. Kami juga memiliki keinginan mengundang dosen Universitas Indonesia untuk memberikan materi pada seminar internasional studi ekonomi,” katanya. (Herman Effendi)