Beritakota.id, Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April, isu percepatan transisi energi dan penggunaan kendaraan listrik kembali menjadi sorotan sebagai langkah nyata dalam menekan emisi karbon nasional. Pemerintah Indonesia, melalui berbagai inisiatif strategis termasuk proyek Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles in Indonesia (ENTREV), terus mendorong kolaborasi lintas sektor guna membangun ekosistem energi bersih yang inklusif dan berkelanjutan.
National Project Manager ENTREV, Boyke Lakaseru, menegaskan bahwa Hari Bumi tidak hanya menjadi seremoni tahunan, melainkan momentum untuk memperkuat komitmen Indonesia dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.
“Transisi energi bukan sesuatu yang jauh. Kita bisa memulainya dari langkah sederhana—seperti mengganti kendaraan berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik. Ini adalah bentuk kontribusi nyata kita terhadap bumi,” ujar Boyke dalam keterangan resminya, Selasa (22/4/2025).
Proyek ENTREV, yang merupakan kerja sama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan United Nations Development Programme (UNDP), dirancang untuk memperkuat ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir. Fokus utamanya mencakup pembangunan infrastruktur pengisian daya, pelatihan teknis bagi SDM, serta kampanye edukasi dan kesadaran publik.
“Setiap langkah kecil entah itu memilih kendaraan listrik, mengurangi konsumsi BBM, atau beralih ke transportasi publik memiliki dampak besar bagi keberlanjutan bumi,” tambahnya.
Dalam kerangka transisi energi nasional, Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 31,89 persen secara mandiri dan hingga 43,2 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Mengingat sektor transportasi menyumbang lebih dari 20 persen emisi gas rumah kaca nasional, adopsi kendaraan listrik menjadi salah satu strategi utama untuk mencapai target tersebut.
“Kendaraan listrik bukan soal gaya hidup eksklusif. Ini bagian dari gerakan kolektif penyelamatan lingkungan. Di ENTREV, kami juga mendorong keterlibatan UMKM, perempuan, dan generasi muda agar menjadi agen perubahan,” jelas Boyke.
ENTREV menargetkan partisipasi lebih dari 300 ribu masyarakat hingga 2027 melalui pendekatan inklusif berbasis gender dan komunitas. Keterlibatan aktif dari akar rumput diyakini menjadi kunci dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik, baik di wilayah perkotaan maupun semi-perkotaan.
Meski tema global Hari Bumi tahun ini adalah Planet vs Plastics, Boyke mengingatkan bahwa seluruh isu lingkungan saling berkaitan erat.
“Krisis iklim, polusi udara, deforestasi, dan sampah plastik adalah bagian dari satu ekosistem krisis. Solusinya pun harus terintegrasi dan menyeluruh,” tegasnya.
Boyke berharap peringatan Hari Bumi dapat menjadi pemantik kesadaran kolektif masyarakat bahwa penggunaan energi bersih bukan lagi sekadar alternatif, melainkan keniscayaan untuk masa depan.
“Kalau bukan kita yang jaga bumi hari ini, siapa lagi? Dan kalau bukan dimulai sekarang, kapan lagi?” tutupnya. (Herman Effendi)