Kolabs gokil Bens Radio VS PaSKI Banten: RT Stress, Warga Ribut, Pendengar Senang

Beritakota.id, Jakarta – Gelombang udara Bens Radio 106.2 FM kembali dipenuhi tawa dan percikan konflik ala kampung urban dalam episode terbaru sandiwara komedi radio “Boleh Ketawa Boleh Donk”, hasil kolaborasi antara Bens Radio dan PaSKI Pengda Banten. Yang lebih istimewa, edisi kali ini juga dihadiri langsung oleh para mahasiswa jurusan Penyiaran dari Universitas Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia), yang datang untuk menyaksikan langsung proses kreatif di balik layar sandiwara radio secara visual dan audio.

Episode kali ini dibuka dengan suasana warga yang tengah bersiap meramaikan acara Hari Ulang Tahun PaSKI ke-20 yang akan digelar di Jakarta. Pak RT yang diperankan oleh Yadi Sembako, tampil sebagai pemimpin yang penuh semangat, memberikan arahan dan himbauan kepada warganya agar ikut serta.

Suasana awal tampak antusias dan positif, hingga muncul ide dari Kudil, sang hansip kampung, yang berinisiatif menarik iuran untuk menyewa bus tingkat menuju lokasi acara.

Tapi seperti biasa, aksi baik selalu memunculkan suara sumbang. Mr. Bule, alias Daus Rojali, tokoh WNA yang nyasar dan kini menetap di Kampung Boleh Ketawa, langsung mengangkat tangan dengan ekspresi protes. Ia mempertanyakan motif iuran tersebut, yang ia anggap sebagai peluang bisnis pribadi Kudil. Diam-diam, warga merasa Mr. Bule tampaknya hanya iri karena tak kebagian ‘lapak’ keuntungan.

Baca juga: Kolabs Seru Bens Radio VS PaSKI Banten, Kocaknya Dapet, Edukasinya Pol

Entah kenapa, Mono Cocok dan Puspa Baresi yang biasanya sewot tiba-tiba jadi sosok yang sok bijak, duet pemeran antagonis ini berhasil meredakan ketegangan. Keduanya menasihati Mr. Bule agar tidak mencampuradukkan urusan warga dengan kepentingan bisnis barang bekasnya, yang belakangan ini mulai meluas sampai ke kampung sebelah.

Suasana mulai mencair ketika Dr. Zavier, dokter kampung idola warga, hadir dengan pembawaan tenang dan edukatif. Ia memberikan penjelasan ringan namun penting seputar permasalahan kesehatan warga, termasuk pentingnya pendaftaran jaminan kesehatan nasional. “Jangan sampai tunggu sakit dulu, baru panik. Daftarkan diri dan keluarga dari sekarang,” ujarnya tegas namun bersahabat.

Momen kejutan muncul saat Katthan Siraj mengambil alih suasana dengan menyanyikan lagu ikonik dari Kangen Band. Lagu cinta dan kerinduan itu seolah menjadi penawar dari kisruh kampung, membuat warga kembali tersenyum dan bersenandung bersama.

Selesai siaran, suasana studio tak kalah meriah. Mahasiswa Polimedia antusias melihat proses sandiwara radio secara langsung dan berinteraksi dengan para pemain. “Ini bukan hanya hiburan, tapi juga pembelajaran langsung tentang dunia penyiaran, akting suara, hingga improvisasi naskah” sahut Annisa dan Velindrakha.

Dalam wawancaranya, Yadi Sembako yang juga menjabat sebagai Ketua PaSKI Banten mengungkapkan rasa syukurnya terhadap program ini. “Sandiwara radio ini punya potensi jadi wadah hiburan sekaligus edukasi yang luar biasa. Kalau ada kampus, sekolah, atau bahkan café yang ingin menghadirkan versi live off-air-nya, kita terbuka banget. Tinggal cari EO atau kolaborator yang siap bantu eksekusi,” katanya penuh semangat.

Dengan kehadiran para komedian profesional, praktisi kesehatan, dan dukungan dari dunia pendidikan, sandiwara “Boleh Ketawa Boleh Donk” membuktikan bahwa komedi bukan hanya untuk tertawa, tapi juga bisa menjadi sarana komunikasi sosial, pendidikan, dan inspirasi bagi masyarakat luas.

Penasaran kayak apa serunya proses rekaman sandiwara radio “Boleh Ketawa Boleh Donk”?

Yuk, main langsung ke studio Bens Radio! Kamu bisa ngintip proses siarannya, ngobrol seru sama para pemain, dan ngerasain gimana suasana lucu dan hebohnya pas rekaman berlangsung. Boleh datang bareng temen-temen kampus, komunitas, atau sekadar pengin ngilangin penat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *