Beritakota.id, Jakarta – Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) yang beranggotakan PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, PT Daesang Ingrediants Indonesia menyelenggarakan Sharing Time dengan Tema, ‘’MSG untuk Masakan Lezat, Sehat, Halal dan Bergizi yang berlangsung di Hotel Luminor, Jakarta, Senin 29 Januari 2024.
Pengawas dan Ketua Bidang Komunikasi P2MI, Satria G. Pinandita mengaku bahwa saat ini masih banyak pemberitaan negatif tentang MSG (MonoSodium Glutamat) terhadap manusia. Sebab itu, pihaknya ingin mengajak berbagai komunitas yang berhubungan dengan ekosistem bahan pangan di Indonesia, termasuk sejumlah media untuk meluruskan informasi yang beredar di dunia jagat maya.
Satria mengatakan MSG (MonoSodium Glutamat) atau Bumbu Ummi telah digunakan selama lebih dari satu abad untuk meningkatkan dan menyeimbangkan rasa gurih makanan.
‘’Meskipun penggunaannya tersebar luas dan banyak manfaatnya, kesalahpahaman konsumen tentang MSG cukup umum, dengan banyaknya mitos tentang MSG yang beredar di Internet dalam beberapa tahun terakhir,’’ujar Satria.
Lanjutnya, MSG sendiri diproduksi dari tetes tebu atau tepung tapioka. Proses produksi dilakukan melalui fermentasi mikroba, yaitu metode yang umum digunakan untuk mengolah makanan seperti tempe, keju dan tape.
‘’Jadi tidak ada itu bahan-bahan yang katanya haram, atau bahan karsinogenik juga tidak ada,’’ujarnya. Ia juga menegaskan tidak ada campuran kimia, itu semuanya melalui fermentasi.
Pihaknya pun menambahkan ada yang lebih penting dari itu, penggunaan bahan baku seperti tetes tebu semakin lama semakin turun, karena tetes tebu dari pabrik gula dan pabrik gula dari pemerintah semakin maju sehingga daya produknya semakin sedikit dan ini tantangan bagi produsen.
‘’Kita cari subtitusi-subtitusi gunakan tapioka, jagung dan lainnya. Kita kolaborasi dengan pemerintah untuk dapatkan sumber-sumber gula baru untuk ganti tetes,’’tukasnya.
Baca juga: Ahli Nutrisi Sebut MSG Aman Dikonsumsi Asal dalam Batas Aturan
Dikesempatan yang sama pakar nutrisi dan gizi Prof. Hardinsyah MS, PhD mengatakan pemahaman yang tidak benar di masyarakat, selain berseliweran berita hoax juga karena adanya jurnal-jurnal penelitian yang tidak tepat. Seperti penelitian dengan menyuntikan langsung dosis MSG 50 – 150 gr ke tikus
“Selain dosisnya yang kelewat berlebihan, penggunaannya juga tidak dicampurkan dengan makanan, sehingga langsung ke darah, tidak melalui mulut dan pencernaan organ tubuh. Jadi tentu saja tikus itu mati. Disuntikan itu artinya langsung ke darah,” ujar Prof Hardinsyah
Kata Prof Hardian, MSG justru banyak manfaatnya. Berdasarkan jurnal-jurnal penelitian yang benar tentang MSG, tidak ditemukan secara langsung kerugian negatif pada tubuh apabila mengkonsumsi MSG sebagai penyedap makanan (diolah dengan makanan) secara cukup dalam batas tertentu.
Hal sama disampaikan oleh dr Sheena M.Gz, SpGk, AIFO.,mengatakan ada batasan maksimum penggunaan MSG untuk konsumsi tubuh yakni 30mg/kgbb/hari.
Angka ini mengacu ada badan-badan eropa. “Meski begitu di sini kita tetap harus mengacu pada badan yang ditetapkan pemerintah yakni BPOM,” ujar dr Sheena.
Prof Hardian maupun dr Sheena mengatakan bahwa penggunaan MSG pada bumbu masak sebenarnya masih jauh dari batas maksimal. Sehingga masyarakat tak perlu khawatir.
“Selama organ-organ tubuh kita masih sehat, tidak adanya keluhan, penggunaan MSG sebagai penyedap rasa tak masalah. Asal tadi, tak lebih dari batas maksimal. Dan penyedap rasa dari produk-produk MSG selama ini masih lebih rendah dari batas maksimal” ujar dr Sheena.
Lebih jauh dr Sheena mengatakan tubuh kita memiliki sistim pembersih yang luar biasa. Setiap detik, setiap jam, setiap hari tubuh kita melakukan pembersihan kotoran yang tersisa, termasuk dari MSG. Jadi selama organ tubuh kita masih berfungsi dengan baik, ginjal, lambung dan lain-lain tak masalah konsumsi MSG dengan dosis yang tidak berlebihan .
Respon (1)