Beritakota.id, Jakarta –Pandemi Covid-19 yang menyerang hampir seluruh negara di dunia dinilai merugikan banyak pihak dan merubah pola aktivitas masyarakat melalui platform digital untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Sebab itu, PT Intermedia Capital Tbk akan melakukan percepatan transformasi digital.
“Transformasi digital itu adalah sebuah keniscayaan. Industri yang paling terdampak dari transformasi digital adalah industri media dan entertainment. Itu kenyataannya. Maka transformasi digital adalah keniscayaan,” kata Direktur Utama MDIA Arief Yahya, dalam public expose MDIA dan VIVA, Rabu, (30/12/ 2020).
Mantan Menteri Pariwisata ini menilai industri media yang menjadi salah satu industri paling terdampak oleh transformasi digital juga perlu beradaptasi dan mengoptimalkan digitalisasi. Transformasi digital mau tidak mau atau suka tidak suka akan terus tumbuh dan berkembang seiring tingginya permintaan.
“Kita yang ada di industri ini (media) suka atau tidak suka atau mau tidak mau kita akan terdampak. Kita tidak bisa menyatakan kalau saya tidak suka Netflix lalu mereka tidak tumbuh. Tiktok akan tetap tumbuh dan Youtube akan tetap tumbuh. Mereka akan tumbuh sebagaimana tuntutan permintaannya terutama dari milenial,” kata Arief.
Sementara itu, Direktur MDIA Ahmad Zulfikar mengatakan, pandemi covid-19 telah memberikan tekanan terhadap berbagai macam industri di Tanah Air termasuk industri media. Bahkan, media yang berada di bawah naungan MDIA juga terimbas terutama ketika penerapan PSBB ketat di awal pandemi.
Meski berdampak terhadap pendapatan, lanjutnya, namun langkah inisiatif berupa efisiensi dari sisi program dan penyiaran dan dari sisi beban umum dan administrasi dapat mengimbangi operasional. Hal itu, diakuinya, terlihat dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) yang tumbuh 70,2 persen di sembilan bulan pertama 2020.
“Apabila dibandingkan dengan sembilan bulan pertama 2019 terjadi peningkatan sebanyak 70,2 persen. Dari Rp89,8 miliar di sembilan bulan pertama 2019 maka untuk EBITDA pada sembilan bulan pertama 2020 angkanya sebesar Rp152,9 miliar,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) mencatat EBITDA di sembilan bulan pertama 2020 sebesar Rp39,2 miliar atau turun sebanyak 39,1 persen dibandingkan dengan sembilan bulan pertama 2019. Sedangkan laba (rugi) bersih di sembilan bulan pertama 2020 sebesar Rp994,6 miliar ketimbang periode sama di tahun sebelumnya Rp360,4 miliar.
Lebih lanjut, Direktur Visi Media Asia M Sahid Mahudie menambahkan, VIVA mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) pada 2021 sebesar Rp100 miliar. “Tahun depan adalah tahun perbaikan dan juga kami fokus untuk bagaimana mengembalikan posisi seperti semula. Fokus (belanja modal) difokuskan kepada pembangunan infrastruktur,” tuturnya.
Sedangkan Ahmad Zulfikar mengatakan belanja modal yang dialokasikan MDIA akan sama dengan VIVA. “Karena berada di grup angkanya Rp100 miliar (untuk belanja modal). Kurang lebih Rp75 miliar. Jadi kontribusi terbesar untuk pengadaan infrastruktur,” pungkasnya.