Beritakota.id, Jakarta – Bursa saham utama di Wall Street ditutup menguat. Dow Jones mencapai rekor penutupan tertinggi, karena investor berbondong-bondong masuk ke bursa saham setelah Jerome Powell mengisyaratkan penurunan suku bunga dalam pidatonya di Simposium Jackson Hole. Dalam pidato terakhirnya di simposium Jackson Hole, Powell menyinggung kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan bank sentral bulan September, tetapi ia tidak bisa memberikan komitmen untuk melakukannya.
Pertimbangannya adalah stabilitas tingkat pengangguran dan langkah-langkah pasar tenaga kerja lainnya memungkinkan kami untuk melanjutkan dengan hati-hati sambil mempertimbangkan perubahan pada sikap kebijakan kami,” ujar Powell. “Meskipun demikian, dengan kebijakan yang berada di wilayah restriktif, prospek dasar dan pergeseran keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian sikap kebijakan kami.”
Indek Dow Jones naik 887,83 poin, atau 1,99%, menjadi 45.680,14, mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Indek S&P 500 naik 102,14 poin, atau 1,61%, menjadi 6.472,31. Indek Nasdaq naik 421,85 poin, atau 2,00%, menjadi 21.520,79. Sepuluh dari 11 subsektor S&P 500 diperdagangkan lebih tinggi, dengan sektor barang konsumsi diskresioner melonjak hampir 3%, sementara layanan komunikasi naik 2,3%.
Baca juga : Lapangan Kerja AS Kokoh, Wall Street Menguat
Sementara itu, saat Powell menyampaikan pidatonya, Trump mengatakan dalam sebuah unggahan daring bahwa ia akan memecat Gubernur The Fed Lisa Cook jika ia tidak mengundurkan diri dari bank sentral. Cook menghadapi tuduhan penipuan hipotek dan penyelidikan Departemen Kehakiman.
Powell juga merilis kerangka kerja strategis The Fed yang baru yang menekankan bahwa mandat ketenagakerjaan maksimum bank sentral bergantung pada stabilitas harga. Ia menerima tepuk tangan meriah saat memulai pidatonya di Jackson Hole, sebuah penutup untuk delapan tahun yang dimulai dan diakhiri dengan kritik pedas dari Trump. Di tengah tekanan kuat dari pemerintahan Trump untuk memangkas suku bunga, ia mengatakan berniat untuk terus memimpin bank sentral hingga masa jabatannya berakhir Mei mendatang.
Pemotongan suku bunga pada bulan September akan meyakinkan ekonomi dan bisnis nasional, sekaligus menunjukkan bahwa bank sentral tidak tinggal diam. Menunda hanya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya pendaratan ekonomi yang lebih keras.
Powell secara khusus memperingatkan tentang dampak inflasi dari kebijakan tarif Trump, menurutnya pasar tenaga kerja dapat menyusut akibat kebijakan imigrasinya. Namun, The Fed tidak luput dari ancaman Trump bahwa ia akan memecat Gubernur Lisa Cook. Para pedagang disatu sisi meningkatkan keyakinan pada penurunan suku bunga pada bulan September hampir 90%, dibandingkan sekitar 75% sebelum pernyataan Powell. (Lukman Hqeem)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan