Beritakota.id, Jakarta – Penundaan pameran bertajuk “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” karya Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia (GNI) memicu sorotan publik. Beberapa pihak menyebut penghentian tersebut sebagai bentuk pembredelan. Namun, setelah dilakukan klarifikasi, diketahui bahwa keputusan tersebut diambil karena adanya penyimpangan tema yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Hal ini ditegaskan bukanlah tindakan untuk membatasi kebebasan berekspresi seni, melainkan langkah profesional yang diambil demi menjaga integritas kuratorial.
Keputusan penghentian pameran muncul akibat ketidaksepakatan antara seniman Yos Suprapto dan kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, mengenai karya yang ditampilkan. Meski Galeri Nasional Indonesia telah berupaya melakukan mediasi secara intensif untuk menjembatani perbedaan pandangan, kesenjangan persepsi antara kedua belah pihak tetap tidak teratasi. Akhirnya, kurator memutuskan mengundurkan diri, dan Galeri Nasional Indonesia menghentikan pameran tersebut demi menjaga keselarasan tema dan standar kuratorial yang telah ditetapkan.
“Galeri Nasional Indonesia selalu mengutamakan profesionalisme dan mendukung kebebasan berekspresi seni. Dalam proses kuratorial, komunikasi yang harmonis antara seniman dan kurator adalah elemen penting untuk menjaga kualitas pameran,” ujar Jarot Mahendra, Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Senin (23/12/2024).
Baca Juga: Pameran Lukisan Yos Suprato Batal Digelar di Galeri Nasional, Pengunjung Kecewa
“Dalam kasus ini, penyimpangan tema yang terjadi menjadi alasan utama penghentian pameran, bukan karena adanya tekanan atau pembatasan terhadap karya seni.”ucapnya.
Pameran ini awalnya direncanakan mengusung tema “BANGKIT!”, namun berkembang menjadi “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” setelah melalui seleksi dan evaluasi kuratorial. Sayangnya, sejumlah karya yang dipajang kemudian dinilai oleh kurator tidak sepenuhnya sesuai dengan tema yang telah disepakati.
Meskipun berbagai diskusi dilakukan untuk mencari titik temu, perbedaan interpretasi tetap tidak dapat dijembatani. Akibatnya, kurator memilih mundur dari peranannya. Keputusan ini menjadi titik akhir yang menyebabkan penghentian pameran.
Galeri Nasional Indonesia menegaskan bahwa penghentian ini bukanlah bentuk pembredelan, melainkan keputusan profesional yang didasarkan pada prinsip kuratorial dan kesepakatan awal. Istilah “pembredelan” dinilai tidak tepat untuk menggambarkan situasi ini karena Galeri Nasional selalu mendukung kebebasan berkarya di bawah kerangka tema yang telah disepakati.
Baca Juga: Gelar Pameran Lukisan Tunggal, Yos Suprato Serukan Revitalisasi Budaya Agraris
Setelah penghentian pameran, sejumlah karya Yos Suprapto diturunkan dari ruang pameran. Galeri Nasional Indonesia menjelaskan bahwa penurunan karya tersebut merupakan keputusan seniman sendiri, bukan tindakan yang dipaksakan. Beberapa karya telah laku terjual di tengah polemik, sehingga penurunan tersebut sepenuhnya berada di tangan seniman sebagai pemilik hak atas karya tersebut.
“Kami menghormati keputusan seniman untuk menarik karyanya, karena hal itu adalah hak prerogatif seniman,” tambah Jarot Mahendra.
Galeri Nasional Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus mendukung kebebasan berekspresi seni di Tanah Air. Penghentian pameran ini merupakan langkah yang diambil demi menjaga keselarasan kuratorial serta integritas tema yang telah ditetapkan.
Kasus ini menjadi pelajaran penting akan pentingnya komunikasi yang lebih intensif antara seniman dan kurator di masa depan, guna memastikan setiap pameran dapat berjalan lancar tanpa adanya perbedaan pandangan yang mencolok.
Melalui klarifikasi ini, diharapkan masyarakat dapat memahami bahwa penghentian pameran “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” bukanlah bentuk pembatasan terhadap karya seni, melainkan langkah profesional yang diambil demi menjaga standar kuratorial dan kesepakatan awal yang telah disepakati bersama.