Beritakota.id, Jakarta – Harga emas siap menuju kenaikan mingguan terbesarnya dalam hampir delapan bulan pada perdagangan di hari Jumat (22/11/2024) dan Euro bertahan pada level terendah dalam 13 bulan karena Rusia menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir dan menembakkan rudal balistik hipersonik ke Ukraina.
Meningkatnya eskalasi ini juga menyebabkan harga gas Eropa mencapai level tertinggi dalam satu tahun dan mendorong investor menuju tempat berlindung yang aman, menopang utang Jerman dan menempatkan franc Swiss pada jalur kenaikan mingguan pertamanya dalam dua bulan.
Harga emas stabil di $2.677 per ons dan naik lebih dari 4,5% selama seminggu sejauh ini sementara bitcoin berada di ambang menembus di atas $100.000 untuk pertama kalinya.
Pada perdagangan sesi Asia di hari Jumat, saham produsen chip memimpin kenaikan dengan sedikit lebih tinggi setelah saham Nvidia menyentuh rekor tertinggi dalam perdagangan di sesi AS karena laba yang solid. Indek saham KOSPI Korea Selatan naik lebih dari 1% dan Nikkei 225 Jepang naik 0,8%.
Aset yang terkait dengan perusahaan Adani Group tetap tertekan, dengan obligasi dolar mengalami kerugian menyusul dakwaan penipuan oleh jaksa AS terhadap ketua Gautam Adani.
Rusia pada hari Selasa menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir dan semalam menanggapi AS dan Inggris yang mengizinkan Kyiv menyerang wilayah Rusia dengan senjata barat dengan menembakkan rudal jarak menengah hipersonik ke Dnipro Ukraina.
“Senjata-senjata itu biasanya membawa hulu ledak nuklir,” menurut analis di ANZ Bank, dimana serangan itu membuat harga minyak naik. “Perdagangan saat ini menunjukkan perang telah memasuki fase baru, meningkatkan kekhawatiran seputar gangguan pasokan.”
Harga minyak mentah Brent berjangka naik hampir 4,5% dalam seminggu dan naik tipis hingga menyentuh level tertinggi dua minggu di $74,44 per barel dalam perdagangan Asia. Euro tidak memiliki teman dan melemah selama tujuh dari delapan minggu terakhir karena Eropa menghadapi tarif AS, pertumbuhan yang melambat, runtuhnya pemerintahan Jerman, dan ketegangan dalam pemerintahan Prancis terkait anggaran 2025.
Saat ini, tampaknya tidak ada hal positif dari mata uang euro yang kini berada di $1,0469, mata uang tunggal tersebut hampir menembus level support terendah tahun lalu di $1,0448. Bursa Saham Eropa juga menuju penurunan mingguan kelima berturut-turut, sementara indek bursa saham global naik 1% minggu ini.
Indeks dolar mengincar kenaikan mingguan sebesar 0,4% dan diperdagangkan pada 107,05. Kontrak berjangka S&P 500 datar. Imbal hasil Obligasi AS tenor 10 tahun bertahan di 4,432%, lebih atau kurang stabil pada minggu ini. Pasar menyiratkan sekitar 58% kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Fed, turun dari 83% seminggu sebelumnya.
Data di Jepang menunjukkan inflasi inti bertahan di atas target 2% bank sentral pada bulan Oktober, sehingga menekan kenaikan suku bunga. Pasar memperkirakan sekitar 57% kemungkinan kenaikan suku bunga Bank of Japan sebesar 25 basis poin pada bulan Desember dan prospek tersebut telah menyuntikkan beberapa volatilitas dan bahkan dukungan untuk yen.
Yen, yang turun 4% pada kuartal ini, diperdagangkan lebih kuat pada 154,38 per dolar pada perdagangan pagi. Penurunan seiring dengan adanya spekulasi soal intervensi dari kementerian keuangan, mendorong aksi jual paska kenaikan USD/JPY. Sejumlah investor dan korporat cenderung menjual dolar/yen saat mendekati 155. (Lukman Hqeem)