Beritakota.id, Jakarta – Perempuan terutama yang sudah berkeluarga, tentu dituntut selain dapat mengatur rumah tangganya, juga harus cakap mengelola keuangan dengan baik. Salah satu metode yang dapat diterapkan demi menjadi perempuan bijak dalam finansial adalah Kakeibo. Ini adalah metode mengatur keuangan yang banyak diterapkan oleh para ibu rumah tangga di Jepang. Secara harfiah, Kakeibo bisa diartikan sebagai ‘buku rekening untuk ekonomi rumah tangga.’ Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1904 oleh seorang jurnalis Makoto Hani dan dipopulerkan kembali pada tahun 2017 oleh Fumiko Chiba dalam buku Kakeibo: The Japanese Art of Saving Money. Metode ini dapat juga kita adopsi sebagai perempuan mandiri Indonesia dalam mengatur anggaran rumah tangga.
Hal tersebut disampaikan oleh Regional Head of Agency Development Sequis, Fourrita Indah Ssos, CFP, CEC AEPP. Pada peringatan hari Kartini tahun ini, Ia mengajak perempuan Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan mengatur keuangan dengan cara membuat jurnal sebagaimana yang diterapkan dalam metode kakeibo. “Sangat penting bagi perempuan untuk mampu menata keuangan. Apalagi, saat pandemi covid-19 banyak ketidakpastian yang dapat terjadi sehingga kita harus pintar mengelola keuangan. Bagi yang sudah berkeluarga, pendapatan yang kita miliki tentunya akan digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan satu keluarga sehingga kita perlu memiliki keahlian mengatur keuangan,” sebut Fourrita. Tambahnya lagi, perempuan Indonesia diharapkan dapat mandiri dan diandalkan sesuai cita-cita mulia Ibu Kartini. Kemandirian ini akan tercermin dari cara kita mengatur finansial. Jadi, tidak masalah jika kita dapat mengadopsi metode kakeibo karena cocok dengan keseharian kita.
Kata Fourrita, catatlah hal-hal ini, yaitu penerimaan, perkiraan kebutuhan, pengeluaran dan jumlahnya dalam catatan harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan. Catat yang rapi sehingga bisa Anda baca kembali. Dalam mencatat, harus rutin atau tidak menunda, perlu berkomitmen dan telaten. Nanti, jika tiba saat akhir bulan, lakukan evaluasi keuangan.
Untuk penghasilan, yang harus dicatat secara rutin adalah kapan dan darimana sumbernya, misalnya gaji bulanan, uang bulanan dari suami, termasuk jika ada usaha sampingan. Jika ada piutang yang diterima juga perlu dicatat. Jika Anda berasuransi dan mendapatkan nilai tunai/manfaat/tahapan juga dicatat sebagai penerimaan
Selanjutnya, catat perkiraan jumlah kebutuhan. Agar mudah mengingat pengeluaran, bagilah ke dalam beberapa pos. Misalnya, pengeluaran primer yang sudah pasti (mencakup belanja bulanan, transportasi, cicilan rumah, cicilan kendaraan bermotor, biaya sekolah anak, tagihan listrik atau air), pengeluaran sekunder (belanja perlengkapan rumah, membeli pakaian, jalan-jalan), dan pengeluaran darurat (biaya ke bengkel saat kendaraan rusak, biaya ke dokter saat sakit). Dana darurat perlu dimiliki oleh setiap keluarga yang besarnya sekitar 6-12x gaji/pendapatan. Misalnya, jika gaji Rp5 juta maka dana darurat setidaknya Rp30-60 juta.
Kemudian, pengeluaran rutin setiap hari perlu juga dibuat pos. Untuk memudahkan, dapat memanfaatkan amplop sebagai tempat dana atau uang bagi masing-masing pos pengeluaran. Contohnya, amplop ‘Belanja Bulanan’ dan amplop ‘Jalan-Jalan.’ Jika isi amplop tersebut sudah dihabiskan atau kosong, jangan pernah mengambil uang dari amplop lainnya, disinilah para ibu dituntut untuk disiplin.
Setelah merencanakan pengeluaran, catat juga pengeluaran yang terjadi, bisa juga Anda tambahkan informasi kapan dan di mana melakukan suatu transaksi sehingga bisa membandingkan harganya dengan pembelian barang yang sama sebelumnya. Kemudian lakukan evaluasi, yaitu dari amplop yang dimiliki, perhatikan apakah ada yang tersisa? Teliti pos mana saja yang berhasil dihemat, pos mana yang banyak menghabiskan anggaran.
Dengan mencatat, kita akan mengetahui apakah yang kita belanjakan sudah sama dengan perkiraan atau malah berlebihan. Apakah kebutuhan saat ini sama besarnya atau lebih banyak dari sebelumnya, dan apakah pengeluaran tidak melebihi pendapatan atau sebaliknya. Dengan mengetahui hal tersebut, kita bisa menyesuaikan budgeting lebih baik di bulan berikutnya. Melakukan pencatatan, juga akan membantu kita mengetahui kondisi finansial kita secara detail dan saat dihadapkan kembali pada keputusan untuk mengeluarkan uang untuk hal yang di luar dari prioritas kebutuhan, kita lebih mudah memutuskan untuk menunda keinginan tersebut. Jika seiring berjalannya waktu berhasil menekan pengeluaran dan menghemat lebih banyak uang, berarti telah berhasil mengimplementasikan Kakeibo.
Membayar premi asuransi juga perlu dimasukkan dalam jurnal keuangan. Jika Anda belum memiliki asuransi dan bermaksud memberikan perlindungan bagi keluarga maka akan mudah bagi Anda yang sudah menerapkan metode Kakeibo untuk menghitung perkiraan kebutuhan asuransi. Saran Fourrita, ketika membuat perencanaan keuangan sebaiknya alokasikan 10-20% pendapatan untuk berasuransi pada dana darurat karena kebutuhan proteksi sangat penting bagi keluarga.
“Dengan berasuransi, keluarga akan memiliki safety net jika terjadi risiko sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia karena akan diterima sejumlah Uang Pertanggungan yang bisa menjadi penyambung hidup bagi keluarga,“ sebutnya.
Salah satu produk unggulan Sequis adalah Sequis Q Smart Life, yang memberikan perlindungan jiwa seumur hidup dan produk asuransi tambahan kesehatan yaitu SQIMC XBooster yang menggantikan biaya rawat inap dan rawat jalan sesuai tagihan serta memberikan manfaat tunai untuk nasabah yang mengalami sakit kanker dan jantung. Dengan memiliki asuransi kesehatan, seorang Ibu tidak perlu khawatir jika jatuh sakit atau jika ada anggota keluarga yang harus mendapat perawatan di rumah sakit sebab biaya perawatan RS akan ditanggung perusahaan asuransi sesuai tagihan yang tertera pada masing-masing polis asuransi. Bagi para perempuan bijak di era modern, tidak ada salahnya untuk mulai menerapkan metode Kakeibo dalam pengelolaan keuangan demi mencapai masa depan keluarga yang lebih baik.