Beritakota.id, Jakarta – Archipelago Video Summit yang digelar pada 9 Oktober 2025 lalu di Jakarta mempertemukan lebih dari 150 eksekutif senior dan pemimpin industri media dari seluruh Asia, untuk membahas masa depan ekosistem video dan streaming di pasar yang tengah berkembang pesat seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Forum bergengsi ini menyoroti dinamika industri video di kawasan, mulai dari inovasi teknologi, strategi monetisasi, hingga upaya pemberantasan pembajakan konten.
Dalam pidato pembukaannya, Hermawan Sutanto, Managing Director Vidio, menekankan bahwa kunci sukses di pasar Indonesia terletak pada eksekusi yang kuat.
“Di Indonesia, eksekusi adalah segalanya,” ujarnya.
Hermawan memaparkan bagaimana Vidio membangun kekuatan streaming lokal melalui hak siar olahraga dan konten orisinal, dengan strategi pendapatan ganda dari iklan dan langganan.
Ia juga menyoroti penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam tiga area utama:
Personalisasi rekomendasi konten untuk meningkatkan konversi pelanggan, Otomatisasi proses layanan pelanggan, Dan inovasi bisnis, seperti penempatan iklan dinamis di siaran olahraga langsung dan penerjemahan bahasa lokal.
Hermawan optimistis, tingkat penetrasi OTT di Indonesia dapat meningkat dua kali lipat menjadi 15% dalam lima tahun ke depan, seiring dengan pertumbuhan teknologi dan perilaku digital masyarakat.
Dalam sesi “Reinventing for a Dynamic Future”, Jane Jimenez-Basas, Presiden & CEO MediaQuest Holdings dan Cignal TV, menyoroti lanskap media unik di Filipina.
Ia menjelaskan visi Cignal untuk membangun platform berbasis konten yang terintegrasi dengan layanan telekomunikasi, guna memperkuat ekosistem digital yang inklusif.
Baca juga : Acer : AI Menjadi Solusi Pendidikan Masa Depan
Menurutnya, meski TV linear masih memiliki peran signifikan, pertumbuhan terbesar kini berasal dari layanan streaming, dengan kemitraan strategis seperti distribusi perangkat dan peluncuran aplikasi menjadi faktor kunci perluasan jangkauan.
Jane juga mengungkapkan rencana produksi micro-drama berbasis AI, sebagai upaya menghadirkan konten yang relevan dan efisien bagi audiens digital.
Isu pembajakan konten menjadi salah satu fokus utama dalam konferensi ini. Gina Golda Pangaila, SVP Legal, Anti-Piracy & Government Relations Vidio, menegaskan pentingnya pendekatan kolaboratif lintas industri yang tidak hanya melindungi konten, tetapi juga memperbaiki pengalaman pengguna.
“Pendekatan menyeluruh dengan dukungan teknologi dan kolaborasi pemerintah menjadi kunci,” ujarnya.
Ia juga menyoroti peran AVIA dan AVISI dalam memperkuat kebijakan pemerintah terkait perlindungan hak cipta.
Sementara itu, Darmawan Zaini, CTO Vision+, menambahkan pentingnya edukasi publik, terutama generasi muda, agar lebih sadar akan dampak negatif penggunaan konten bajakan. Ia bahkan mengusulkan adanya sanksi tegas bagi pengguna konten ilegal.
Dari perspektif global, Ian Franklyn, Chief Revenue Officer MainStreaming, menggambarkan pembajakan saat ini sebagai kejahatan terorganisir, yang memerlukan sistem deteksi dan respons cepat, terutama untuk siaran langsung seperti olahraga dan konser.
Para pemimpin teknologi dari AsiaSat, MEASAT, dan INTEGRASYS menegaskan bahwa teknologi satelit tetap relevan untuk menjangkau wilayah pedesaan dan memperkecil kesenjangan digital di Asia Tenggara.
Dalam sesi tentang strategi monetisasi, para pembicara menyoroti pertumbuhan pesat Connected TV (CTV) di kawasan, meski masih menghadapi kendala infrastruktur dan ketersediaan konten.
Tushar Tyagi, Head of Channel Partnerships di Samsung Ads, menilai bahwa kawasan ini berpotensi melompat langsung ke model bisnis berbasis data cerdas, dengan AI, edukasi, dan standarisasi sebagai faktor utama optimalisasi pendapatan iklan.
Diskusi juga menyoroti tren co-viewing (menonton bersama) dan iklan kontekstual berbasis data, yang dianggap mampu meningkatkan keterlibatan audiens di platform linear maupun OTT.
Menyimpulkan arah masa depan industri video, Sachidananda Panda, Presiden Klien di WPP Media, menyebutkan bahwa pertumbuhan industri ini akan ditopang oleh tiga pilar utama:
Intelligence, Integration, dan Impact yaitu pemanfaatan AI, strategi lintas platform, serta efektivitas dalam periklanan digital yang berfokus pada hasil.
Acara ditutup dengan sesi CEO Dialogue yang menghadirkan Mike Kerr dari beIN Media Group dan Alexandre Muller dari TV5MONDE.
Keduanya menekankan pentingnya manajemen konten yang disiplin, kemitraan strategis di bidang olahraga, serta inovasi lokal yang relevan dengan karakteristik penonton Asia.
Acara ini sekali lagi menegaskan bahwa Asia Tenggara merupakan pusat pertumbuhan baru industri video global, dengan inovasi, kolaborasi, dan kecerdasan buatan sebagai pendorong utamanya. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan