Beritakota.id, Jakarta – Purjono Agus Suhendro menilai sejumlah hal dapat menjadi tantangan bagi pemasaran Yogurto kedepannya. Pandangan ini disampaikan menyusul hadirnya sejumlah rasa olahan yogurt yang dipasarkan oleh Ohealty Karichy Elysian (OKE).
Setelah memperkenalkan produk Yogurto Fantastic Strawberry dan Yogurto Amazing Lychee pada pertengahan Agustus lalu, OKE kembali meluncurkan varian barunya, yaitu Yogurto Wonderful DragonFruit di Jakarta pada Rabu (18/09/2024).
Yogurto Fantastic Strawberry merupakan yogurt rasa buah stroberi dan Yogurto Amazing Lychee berasa buah leci. Sementara Yogurto Wonderful DragonFruit menyajikan yogurt rasa buah naga. Sama seperti dua varian lainnya, Yogurto Wonderful DragonFruit dikemas dalam botol plastik 250 mililiter (ml).
Menurut Beverly Sandie, General Manager OKE, Yogurto terbuat dari yogurt yang dikenal banyak manfaatnya karena kandungan probiotiknya menjadi sumber bakteri baik. Selain itu, mendukung asupan energi, protein, vitamin, dan nutrisi lain yang dibutuhkan tubuh. Juga, bermanfaat dalam membantu metabolisme, menjaga daya tahan, dan meregenerasi sel.
Sementara Santo Kadarusman, corporate communications OKE menambahkan, bahwa Yogurto terbuat dari susu sapi murni pilihan yang dipadu dengan potongan buah asli yang masih segar. Di dalamnya dilengkapi premium prebiotic, tanpa pewarna, tanpa gelatin, tanpa perasa, tanpa pengawet, dan tanpa pemanis buatan.
Berbekal bahan baku berkualitas tinggi tersebut, maka OKE membanderol Yogurto seharga Rp25.000 per botol. Penjualannya memanfaatkan sistem reselling.
Melihat pemasaran Yogurto yang ada, Purjono Agus Suhendro, pakar pemasaran dari Indonesia Marketing Strategy Consultant (IMSC), memberikan beberapa pandangannya. Pertama adalah Yogurto ini memiliki bahan baku yang berkualitas sehingga ditakini bahwa para konsumen menyukainya.
Namun demikian, produk saja yang bagus, belum tentu akan sukses di pasaran. Mengutip pada strategi bauran pemasaran, bahwa selain produk yang baik, perlu diperhatikan lagi adalah soal harga, penempatan produk dan promosi. Menurut dia, tiga hal ini bisa menjadi tantangan serius bagi Yogurto.
Dengan harga Rp25.000 per botol 250 ml, Yogurto dinilai cukup berani. Pasalnya, market leader di pasar yogurt Tanah Air adalah Cimory. Mereka menawarkan produk sejenis seharga di bawah Rp10.000. Ini menimbulkan tantangan sekaligus pertanyaan, bahwa apakah Yogurto memang menargetkan untuk pasar kelas menengah ke atas.
Kalau menyasar pasar kelas menengah-atas, kata Purjono, packaging-nya juga harus berkelas, harus premium. “Justru packaging itulah yang menjadi penentu konsumen itu mau membeli atau tidak (impulsive buying), terutama untuk brand yang masih baru, yang masih belum memiliki basis pelanggan yang setia, seperti Yogurto,” ujarnya.
Bisa dikatakan, dengan hanya kemasan dalam botol plastik saja, membuat Yogurto tidak terlihat premium atau berkelas. Bila disandingkan dengan produk minuman kemasan lain, Yogurto sama sekali tidak menonjol dan istimewa,
Kedua adalah penempatan, Yogurto ini dalam menempatkan diri kepada konsumen, menjangkaunya dengan cari reselling sebagai jalur distribusi produk. Sebagaimana diakui oleh mereka bahwa cara ini diklaim cukup berhasil dan langsung kelihatan hasilnya.
Menurut Purjono, dalam jangka panjang justru hal ini akan menjadi tantangan atau bisa dikatakan kelemahan, jika menyasar pasar kelas menengah-atas, menurutnya akan lebih baik bila Yogurto justru masuk ke jaringan ritel premium demi membangun merek terlebih dahulu.
“Jika brand-nya sudah diasosiasikan sebagai premium brand, menyasar segmen lain akan lebih gampang”, tegasnya.
Terakhir, adalah promosi. Jika ingin menargetkan pasar kelas menengah-atas, strategi promosinya juga harus dikemas secara berbeda dengan brand-brand kelas menengah-bawah.
“Membeli premium brand itu bukan sekadar membeli barang, melainkan juga emosi, status, dan gengsi. Karena itu, promosi dengan melibatkan influencer orang-orang sukses akan cukup efektif menarik pelanggan bagi Yogurto,” pungkas Purjono.