Beritakota.id, Jakarta – Film Stolen Girl mempertemukan Kate Beckinsale dengan Scott Eastwood dalam sebuah kisah perjuangan seorang ibu untuk mendapatkan kembali anaknya. Naskahnya berdasarkan kisah nyata Maureen Dabbagh, yang putrinya diculik ke luar negeri oleh mantan suaminya pada tahun 1993.

Kasus seperti ini dikenal sebagai parental child abduction, yakni penculikan anak yang dilakukan oleh salah satu orang tua, umumnya dalam konteks perceraian atau sengketa hak asuh. Di Amerika Serikat, fenomena ini bukan hal langka. Data National Center for Missing & Exploited Children mencatat ribuan kasus setiap tahun, dengan banyak anak dibawa ke luar negeri untuk menghindari yurisdiksi hukum AS.

Kompleksitas hukum lintas negara, perbedaan sistem peradilan, hingga keterbatasan perjanjian internasional membuat upaya pengembalian anak menjadi proses panjang dan melelahkan, baik secara emosional maupun finansial. Stolen Girl menyoroti realitas ini, menunjukkan betapa sulitnya perjuangan seorang orang tua yang melawan waktu, birokrasi, dan batas negara untuk melindungi haknya.

Baca juga : Review Film Afterburn; Dunia Butuh Pahlawan, Bukan Sekedar Artefak

Dalam film Stolen Girl, penonton diajak menyelami pada kisah nyata yang memilukan tentang perjuangan seorang ibu untuk mendapatkan kembali anaknya. Berlatar tahun 1993, film ini mengikuti Maureen (Kate Beckinsale), seorang wanita yang hidupnya berubah total ketika putrinya yang berusia enam tahun, Amina, diculik dan dibawa keluar negeri oleh mantan suaminya, Karim (Scott Eastwood).

Selama bertahun-tahun Maureen berjuang mencari jejak anaknya namun selalu gagal. Harapan baru muncul ketika ia bertemu tim pencari anak profesional yang khusus menangani kasus penculikan lintas negara. Mereka berjanji akan membantu menemukan Amina dengan syarat Maureen mau bekerja sama dalam operasi penuh risiko.

Disutradarai oleh James Kent (sutradara Testament of Youth (2014), Lost Boys & Fairies (2024) dan The Secret Diaries of Miss Anne Lister (2010), menghadirkan gaya semi-dokumenter. Film Stolen Girl menekankan realisme melalui sinematografi dingin dan tempo yang menegangkan. Alur maju-mundur memperlihatkan masa lalu Maureen dan Karim, memberi konteks mengapa penculikan itu terjadi. Musik latar minimalis memperkuat ketegangan tanpa menutupi kekuatan akting para pemain.

Kate Beckinsale menampilkan salah satu performa paling emosional dalam kariernya. Sebagai Maureen, ia memadukan keteguhan hati seorang ibu dengan luka batin yang dalam. Ekspresi keputusasaan, kemarahan, dan ketakutan tergambar nyata, membuat penonton merasakan betapa beratnya beban seorang ibu yang anaknya hilang. Beckinsale berhasil menghindari melodrama berlebihan; aktingnya terasa otentik dan menyentuh.

Sementara Scott Eastwood sebagai Karim memainkan karakter antagonis yang kompleks. Alih-alih menjadi penjahat satu dimensi, Eastwood menghadirkan sisi manipulatif namun juga memperlihatkan motif emosional sebagai seorang ayah yang merasa memiliki hak atas anaknya. Dinamika antara Maureen dan Karim menjadi pusat ketegangan, memperlihatkan konflik batin dan kesalahpahaman budaya yang mendalam.

Stolen Girl bukan sekadar film thriller, tetapi juga kritik sosial tentang lemahnya perlindungan anak dalam kasus penculikan orang tua. Kisah nyata Maureen Dabbagh menjadi peringatan akan pentingnya sistem hukum yang lebih tanggap dan perlindungan lintas negara yang lebih kuat.

Film ini memikat dengan cerita yang menyentuh, akting luar biasa, dan pesan sosial yang relevan. Sebuah tontonan penting bagi siapa pun yang peduli pada isu perlindungan anak dan dinamika keluarga lintas budaya. Rating: ★★★★☆ (4/5). (Lukman Hqeem)