Festival Jamu Upaya Menghidupkan Tradisi Warisan Nusantara

Beritakota.id, Jakarta – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, jamu tetap bertahan sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Lebih dari sekadar ramuan herbal, jamu merepresentasikan simbol kasih sayang, ketahanan, serta identitas budaya yang diwariskan lintas generasi, terutama melalui peran perempuan Indonesia. Kini, jamu semakin relevan sebagai solusi kesehatan alami yang selaras dengan kebutuhan gaya hidup masa kini.

banner 336x280

Dalam rangka memperingati Hari Kartini sekaligus merayakan Dasa Windu (80 Tahun Indonesia), Acaraki Jamu Festival 2025 hadir sebagai platform untuk meneguhkan kembali pentingnya jamu dalam perjalanan budaya dan kesehatan bangsa. Diselenggarakan di kawasan bersejarah Kota Tua Jakarta pada Minggu, 27 April 2025, festival ini mengusung tema #TerbitlahTerang, yang merepresentasikan semangat pembaruan, pemberdayaan, dan pelestarian kearifan lokal dalam kehidupan modern.

Baca juga : Jokowi Teken Perpres Pengembangan Industri Jamu RI

Melalui festival ini, masyarakat diajak untuk lebih mengenal, memahami, dan menghargai jamu sebagai warisan budaya tak benda Indonesia yang sarat akan filosofi kesehatan holistik. Tradisi meracik jamu berakar pada pandangan bahwa tubuh manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari alam semesta, dengan keseimbangan unsur panas-dingin, pahit-manis, serta harmoni tubuh-jiwa menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan.

Ramuan jamu menggunakan bahan-bahan alami seperti akar, daun, kulit kayu, dan rempah-rempah, yang dikenal memiliki manfaat terapeutik: meningkatkan imunitas, memperlancar metabolisme, mengatasi peradangan, hingga membantu detoksifikasi tubuh. Proses peracikannya melibatkan ketelatenan, intuisi, serta nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Dengan pendekatan modern yang tetap berakar pada tradisi, Acaraki Jamu Festival mendorong masyarakat untuk mengintegrasikan gaya hidup sehat berbasis herbal alami ke dalam keseharian mereka, sejalan dengan tren global yang mengutamakan kesehatan preventif dan penggunaan bahan alami.

Festival ini merupakan hasil kolaborasi antara Acaraki, pelopor edukasi jamu modern, Larutan Penyegar Cap Badak, brand legendaris minuman herbal, serta GP Jamu Indonesia. Sinergi ini memperkuat komitmen bersama dalam memperkenalkan jamu sebagai solusi kesehatan tradisional yang relevan untuk generasi masa kini dan masa depan.

Momentum ini juga semakin istimewa karena mengukuhkan pengakuan dunia, di mana pada tahun 2023, jamu resmi diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia dalam kategori praktik kesehatan tradisional. Pengakuan tersebut mempertegas nilai-nilai jamu dalam keseimbangan, pencegahan penyakit, serta penggunaan bahan-bahan alami sebagai prinsip penting dalam menjaga kesehatan masyarakat global.

Ketua GP Jamu Indonesia, Jony Yuwono, yang menggagas acara ini, menekankan bahwa festival tidak sekadar memperkenalkan jamu sebagai minuman tradisional, tetapi juga menghidupkan filosofi perjuangan di baliknya.

“Mereka bangun jam 4 pagi, salat subuh untuk menjaga spiritualitas, lalu mulai menumbuk beras, menghancurkan kunyit, kencur, merebus, dan meniris semua bahan. Setiap hari, mereka membuat hingga enam racikan jamu dan berjalan berkilo-kilometer tanpa mengenal libur,” jelas Jony.

Melalui aktivitas Fun Walk 2,5K dengan membawa bakul jamu, festival ini mengajak peserta untuk merasakan langsung beratnya perjuangan para jamu gendong. “Harapan kami, peserta bisa melihat secara nyata perjuangan mereka dalam kondisi apa pun, mereka tetap berjalan,” tambahnya.

Pemilihan Acaraki sebagai mitra utama festival bukan tanpa alasan. Dikenal sebagai kafe jamu modern, Acaraki berpegang teguh pada prinsip pembuatan jamu tradisional dengan penyajian kekinian.

“Dasar kenapa Acaraki yang digandeng, karena tema utama acara ini adalah revitalisasi. Kita tetap mengacu pada filosofi jamu, tapi teknik penyajiannya disesuaikan agar lebih diterima generasi muda,” jelas Jony.

Acaraki ingin memperlihatkan bahwa jamu bukan sekadar minuman kesehatan, melainkan juga representasi budaya yang penuh doa dan semangat. “Kata ‘jamu’ berasal dari Jawa Kuno: jampi (doa) dan usodo (kesehatan), jadi jamu adalah doa untuk kesehatan,” ujarnya.

Sebagai bagian dari Festival Jamu Nusantara 2025, Acaraki Jamu Festival menghadirkan berbagai aktivitas menarik, antara lain:

  • Fun Walk 2,5K membawa bakul jamu bersama para jamu gendong
  • Kreasi Jamu Gendong bersama komunitas Laskar Jamu Gendong
  • Free Flow Jamu Booth, mencicipi berbagai jenis jamu gratis
  • Sinden Performance dan Fashion Show oleh Laskar Jamu Gendong
  • Exhibition & Doorprize memperkenalkan produk serta inovasi jamu

Festival ini terbuka untuk umum dan mengundang pecinta herbal, komunitas budaya, UMKM, keluarga, hingga generasi muda untuk bersama-sama membangun masa depan yang lebih sehat, berbudaya, dan sadar akan pentingnya gaya hidup alami.

Tak berhenti di satu acara, rencananya Acaraki Jamu Festival akan digelar berkelanjutan setiap bulan dengan tema-tema menarik. Agenda terdekat berikutnya direncanakan berlangsung di Sarinah pada 25 Mei 2025, dan berlanjut hingga Agustus.

“Kali ini baru percobaan. Harapannya ini bisa menjadi contoh bagi kementerian dan pemerintah untuk mendukung acara seperti ini, agar ke depan bisa dibuat lebih besar lagi,” ujar Jony.

Festival ini lebih dari sekadar selebrasi; ia adalah ajakan untuk kembali mencintai budaya Indonesia. “Supaya ketika mereka pergi ke luar negeri, minimal bawalah sekeping Indonesia bersama mereka,” pungkas Jony.

Dengan semangat “Terbitlah Terang”, Acaraki Jamu Festival 2025 diharapkan menjadi titik balik kebangkitan industri jamu nasional, menginspirasi masyarakat untuk kembali menghargai, merawat, dan menghidupkan warisan budaya nusantara sebagai bagian dari gaya hidup sehat berkelanjutan di era globalisasi. (Herman Effendi/Lukman Hqeem)

banner 728x90
Exit mobile version