Gubernur BI Sebut Tiga Dampak Kemenangan Donald Trump Bagi RI

Donald Trump memenangkan Pilpres AS 2024
Donald Trump memenangkan Pilpres AS 2024

Beritakota.id, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ada tiga dampak yang bakal dirasakan di Tanah Air usai Donald Trump menang pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2024.

Perry menegaskan BI terus memantau penurunan suku bunga, termasuk Fed Funds Rate (FFR). Namun, pergerakan itu dipengaruhi ketegangan geopolitik dunia yang sangat tinggi.

“Kita melihat, monitoring hari ini, perkembangan pemilu di AS. Kami juga akan melihat kemungkinan-kemungkinan akan menyebabkan mata uang dolar (AS) itu akan kuat. Suku bunga Amerika (FFR) itu akan tetap tinggi dan tentu saja perang dagang juga masih berlanjut,” katanya, dikutip Kamis (7/11/2024).

Dia menegaskan, kondisi global tersebut akan berdampak kepada seluruh negara. Dinamika di AS turut terasa sampai negara emerging market, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Menunggu Hasil Pilpres, Bursa Saham AS Naik

Tiga hal utama yang menjadi dampak andai Trump menang di AS. Pertama, adanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Kedua, BI menyebut ada potensi tekanan kepada arus modal.

Ketiga, Perry mengantisipasi pengaruh terhadap ketidakpastian di pasar keuangan. “Ini yang harus kita respons secara hati-hati. BI terus menyampaikan komitmen menjaga stabilitas dan turut mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (serta) bersinergi erat dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK),” tandasnya.

Sementara itu Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani optimistis kemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2024 bakal memberi angin segar bagi perdagangan Indonesia.

Dia mengamini bahwa setiap pergantian Pemerintah tentunya memberikan dampak lantaran adanya perubahan kebijakan, tetapi dia meyakini bahwa kemenangan dari calon presiden (capres) asal Partai Republik ini baik bagi Tanah Air.

“Semoga dengan terpilihnya presiden Trump ini, hubungan kita diharapkan makin meningkat, utamanya di perdagangan dan investasi. Memang setiap ada pergantian ada dampaknya. Ini hal yang positif buat kita semua,” ujarnya.

Baca Juga: Saham Menguat Karena Fokus Laporan Emiten Utama

Lebih lanjut, dia melanjutkan bahwa Presiden Prabowo Subianto pun memang akan melakukan lawatan ke 5 negara, termasuk Amerika Serikat mulai pekan ini. Menariknya, meskipun merupakan undangan untuk menghadiri kunjungan kehormatan dari Presiden Joe Biden, tetapi lawatan Prabowo ke AS ini di tengah kondisi negara paman sam tengah menyelenggarakan Pilpres.

“Kami juga akan ke AS juga kan ya. Saya sama presiden juga akan ke sana. Kami juga akan mempererat hubungan AS dengan Indonesia. Kami ini juga [akan bahas] tentunya nanti di RNE, Clean Energy, mengenai JETP bagaimana kelanjutannya. Kami akan bicarakan seperti itu. [Juga IKN]. Semua kami bicarakan,” ucap Rosan.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David E Sumual mengungkapkan, Amerika Serikat berpeluang mengalami stagflasi usai Donald Trump diproyeksikan memenangkan Pilpres AS 2024. Stagflasi tersebut bisa mengancam perekonomian Indonesia.

David E Sumual menjelaskan, kebijakan ekonomi Trump cenderung mengarah ke inflasioner. Artinya, kebijakan-kebijakan Trump akan cenderung menyebabkan inflasi meningkat. Dia mencontohkan, Trump berencana mengenakan tarif bea impor sebesar 20% untuk produk nonChina dan 60% untuk produk China.

“Dampaknya, penurunan suku bunga patokan The Fed [bank sentral AS] mungkin tidak akan secepat ekspektasi semula. Di saat yang sama juga ekonomi AS melambat,” jelas David.

Oleh sebab itu, sambungnya, ekonomi AS berpeluang alami stagflasi. Mengutip situs resmi DJKN Kemenkeu, stagflasi dapat dipahami sebagai situasi ekonomi dengan pertumbuhan yang lambat, tingkat pengangguran yang tinggi, sekaligus inflasi. Dalam konteks perekonomian, AS sendiri merupakan salah satu negara mitra utama Indonesia.

Oleh sebab itu, David mendorong pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) untuk mengambil langkah antisipasi yang fundamental—bukan sekadar untuk jangka pendek.

“Perlu kebijakan struktural juga untuk mendorong FDI [Foreign Direct Investment/penanaman modal asing langsung] dan ekspor,” ujarnya.

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan setiap perubahan kepemimpinan dan kebijakan di negara sebesar Amerika memberikan pengaruh bagi emerging market, termasuk Indonesia.

“Pasti ada, kalau ekonomi besar seperti Amerika kan pasti ada impact-nya ke emerging market, termasuk Indonesia,” kata Jeffrey.

Volatilitas market negara berkembang secara umum meningkat seiring dinamika politik global. Ini persis menjadi perhatian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa waktu terakhir, yang menekankan industri keuangan perlu sigap memitigasi potensi risiko.

Bagi Jeffrey, apapun hasil dari pemilu di AS, pihaknya meyakini pemerintah RI mampu merespons segala perubahan, termasuk potensi imbasnya ke pasar modal.

Kepada investor, bursa mengharapkan agar selalu bersikap rasional menghadapi sentimen global. Di tengah ketidakpastian global, fundamental perusahaan tercatat dinilai perlu menjadi landasan dalam mengambil keputusan berinvestasi.

“Jadi investor tetap harus memantau, mengikuti. Tapi kembali lagi ke fundamental, dan investor harus mengambil keputusan secara rasional,” katanya.

Respon (3)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *