Beritakota.id, Jakarta – Bursa saham Asia tertekan pada perdagangan di hari Rabu (16/07/2025), sementara dolar menguat ke level tertinggi terhadap yen sejak awal April, setelah inflasi AS menunjukkan tarif mendorong harga naik, meredam ekspektasi pelonggaran kebijakan Federal Reserve.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS mencapai level tertinggi dalam lebih dari sebulan, khususnya mengangkat dolar terhadap yen. Namun, saham teknologi tetap tangguh menyusul reli 4% saham perusahaan teknologi kecerdasan buatan Nvidia semalam. Sementara dalam perdagangan komoditi, harga minyak mentah Brent terus bertahan di sekitar $69 per barel.

Data pada hari Selasa menunjukkan harga konsumen AS naik 0,3% pada bulan Juni, sesuai dengan perkiraan, tetapi merupakan kenaikan terbesar sejak Januari. Para ekonom mengaitkan kenaikan harga barang-barang seperti kopi dan perabot rumah tangga dengan kenaikan tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.

The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil sambil menunggu indikasi dampak inflasi dari tarif, yang menurut Ketua Jerome Powell telah ia perkirakan akan terjadi pada musim panas.

Sebagaimana diketahui bahwa preferensi Ketua Fed Powell, bersama beberapa koleganya, adalah menunggu dampak tarif ini muncul, dan mereka yang berada di kubu tersebut melihat pandangan tersebut diperkuat oleh data ini. Akibatnya, pasar melihat “pemotongan ekspektasi Fed yang cukup signifikan” untuk penurunan suku bunga.

Para pedagang saat ini memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 43 basis poin untuk sisa tahun ini, dengan peluang 56,5% untuk penurunan seperempat poin pada bulan September. Sementara para investor sekarang akan memantau dengan cermat data harga produsen yang akan dirilis Rabu malam, mencari tanda-tanda apakah tekanan inflasi juga meningkat di lantai pabrik.

Indek KOSPI Korea Selatan turun sekitar 0,6%. Bursa saham unggulan Cina 3 turun 0,1%. Indek Nikkei 225 Jepang yang didominasi sektor teknologi dan eksportir stagnan setelah mengalami sedikit kenaikan dan penurunan, didukung oleh kinerja Nvidia dan pelemahan yen.

Indeks acuan Hang Seng Hong Kong melonjak 0,8%, menambah reli 1,6% yang didorong oleh sektor teknologi pada hari Selasa. Indek berjangka S&P 500 AS melemah 0,2%.

Baca juga : Yield Obligasi AS Turun, Bursa Saham Asia Naik

Selain tarif yang diberlakukan oleh The Fed dan Presiden AS Donald Trump, musim laporan keuangan juga menjadi fokus utama bagi investor. Laporan keuangan dari JPMorgan Chase dan Citigroup disampaikan melampaui ekspektasi, tetapi disambut dengan respons pasar yang beragam. Wells Fargo memangkas proyeksi pendapatan bunga bersih tahun 2025 meskipun laba kuartal kedua mereka melampaui ekspektasi. Laporan keuangan bank yang akan dirilis pada hari Rabu mencakup Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan Bank of America.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10-tahun naik hingga 4,495% pada hari Rabu, tertinggi sejak 11 Juni.

Dolar AS bertahan mendekati level tertinggi multi-minggu terhadap mata uang utama lainnya. Indek dollar AS (DXY) sedikit berubah di 98,545 setelah naik hingga 98,699 pada hari Selasa untuk pertama kalinya sejak 23 Juni. Mata uang AS stabil di 148,785 yen dalam perdagangan USD/JPY, dan sebelumnya naik ke 149,04 untuk pertama kalinya sejak 3 April, setelah pengumuman tarif “Hari Pembebasan” Trump.

Euro dalam perdagangan EUR/USD menguat tipis 0,1% menjadi $1,1612, mencoba menjauh dari level terendah tiga minggu pada hari Selasa di $1,1593.

Emas menguat 0,3% menjadi sekitar $3.332. Minyak mentah Brent berjangka turun 5 sen menjadi $69,16 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berjangka turun 9 sen menjadi $66,89 per barel. Kedua kontrak ditutup lebih rendah $1 pada sesi sebelumnya. (Lukman Hqeem)