Beritakota, Jakarta – Pekerja sektor keuangan di Indonesia terbukti rentan gangguan kesehatan jiwa. Penelitian terbaru dari Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa atau Kaukus Keswa menemukan hampir 30 persen pekerja sektor keuangan di Indonesia mengalami stres Kerja, terutama kekurangan semangat atau energi Kerja dan kekelahan kerja.
Peneliti Utama dan Inisiator Kaukus, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menjelaskan, “Studi ini menunjukkan bahwa pekerja usia muda, yaitu yang berusia dibawah 40 tahun, dan juga pekerja perempuan di sektor keuangan merupakan kelompok yang paling rentang alami gangguan kesehatan jiwa. Dari penelitian ini kami temukan Bahwa jenis lack of vigor atau kehilangan stamina Kerja dan fatigiue atau kelelahan dan kelesuan kerja terjadi secara signifikan pada 30 persen terutama pada pekerja perbankan dan lembaga keuangan BUMN. Ini memberikan data baru bagi status kesehatan jiwa pekerja di Indonesia karena belum pernah ada data valid skala besar yang menggambarkan status mental pekerja di sektor keuangan secara spesifik,” ungkapnya.
Ketua Tim Peneliti Kaukus Keswa Prof. Rofikoh Rokhim menegaskan, ” Penelitian ini sangat valid karena melibatkan 5560 responden yang tersebar di seluruh sub sektor keuangan di Indonesia, Baik perbankan, asuransi, regulator, Lembaga Penjamin Simpanan, hingga fintech yang tersebar di 36 provinsi. Ini membutikan bahwa risiko gangguan kesehatan jiwa juga tinggi pada pekerja sektor keuangan. Mengapa? Karena tekanan dan dinamika industri keuangan itu sangat berat dan bervariasi, karena berurusan dengan aspek regulasi yang ketat,” ungkap Rofikoh.
Sementara Andre Rahadian sebagai inisiator Kaukus Keswa menambahkan, studi ini menjadi pengisi kesenjangan data kesehatan jiwa pekerja yang memang masih belum banyak dan terstruktur di Indonesia. Menurut Andre, “Kaukus Keswa berkomitmen untuk terus melakukan inovasi promosi dan kajian kesehatan jiwa ini agar strategi mitigasi dapat berjalan efektif di Tempat Kerja,” ungkap Ketua Umum ILUNI 2019-2022 ini.
Lebih lanjut, Ray menambahkan studi yang menggunakan instrumen tervalidasi dan sangat sensitif mengidentifikasi potret status kejiwaan dan potensi stres sserta penyebabnya dikalangan pekerja. Secara umum identifikasi instrumen ini menunjukkan beberapa hasil yang juga mengejutkan.
Pertama, para pekerja dengan usia lebih muda (dibawah 40 tahun) 2,4 kali lebih berisiko mengalami kurang energi/kurang aktif bekerja karena faktor stres. Kedua, sebanyak 33% Pekerja level Staf dan Hampir 30% pekerja keuangan sektor swasta mengalami kurang energi atau kurang aktif bekerja karena faktor stres. Bahkan 53,8% debt collector mengalami kurang energi/kurang aktif dalam bekerja karena faktor stres.
Ray menambahkan, “tiga faktor stressor yang secara mayoritas berpotensi menyebabkan risiko stres kerja pada lebih dari separuh pekerja sektor keuangan di Indonesia adalah pertama, kurangnya keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi atau work-life balance yang tidak diperoleh. Kedua adanya potensi garis koordinasi atau instruksi didalam organisasi yang kurang baik, serta seringnya overload kerjaa. Ini secara teori kedokteran Kerja juga menjadi penyebab stres pekerja yang sudah terbukti lewat penelitian skala besar di berbagai negara. Jadi pentin guntuk manajemen dan pimpinan perusahan sektor industri keuangan di Indonesia mengatasi ini,” ungkat Ray yang juga Ketua Health Collaborative Center (HCC) ini.
Hal senada disampaikan Rofikoh Rokhim yang menegaskan, “Temuan ini juga sejalan dengan temuan dari analisis risiko penelitian ini yang juga membuktikan bahwa pekerja sektor keuangan terutama yang berada pada level staf menunjukkan angka kejadian fatig dan vigor mencapai 30%. Ini penting di mitigasi dengan memberikan intervensi berupa promosi dan skrining kesehatan jiwa di Tempat Kerja. Selain itu perusahaan sektor keuangan juga wajib memberi perasaan ‘hope’ atau harapan bagi pekeja untuk mengembangkan diri dan karirnya,” ungkap Komisaris BRI ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor ketidakseimbangan antara kehidupan pribadi dan tuntutan pekerjaan juga merupakan temua penting yang konsisten dengan temuan penelitian-penelitian sebelumnya di skala global. Studi terdahulu melaporkan aspek kurangnya batasan antara kehidupan pribadi dan tugas professional merupakan salah satu isu penting dalam kesehatan kerja sektor finansial secara global. Para inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa yang hadir pada diseminasi hasil Survei ini menegaskan, Kaukus Keswa akan terus berkomitmen memberikan asupan data dan kajian yang pentiing untuk meningkatkan pengetahuan dan mengarusutamakan kesehatan jiwa di Indonesia. (Lukman Hqeem)