Beritakota.id, Jakarta – Pemeriksaan molekuler dan imunohistokimia harus di tanggung BPJS Kesehtan. Pemeriksaan ini berperan penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru, menekan angka kasus kematian dan beban pembiayaan kanker. Hal itu disampaikan oleh Roche Indonesia bersama RUSP Persahabatan dalam diskusi yang menyoroti pentingnya akses diagnosis yang belum ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
“Kami telah secara aktif menerapkan transformasi sistem kesehatan, salah satunya dengan mendorong upaya deteksi dini secara terus-menerus. Selain meningkatkan kualitas hidup pasien, upaya ini juga akan memudahkan identifikasi pengobatan yang tepat, sehingga beban pembiayaan perawatan kesehatan dapat tetap dikendalikan,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Selasa (28/11/2023).
Lebih lanjut dr. Siti Nadia Tarmizi menambahkan, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini sudah semakin meningkat. Meski demikian, pemahaman tentang pemeriksaan dengan metode Imunohistokimia (IHK), terutama bagi pasien kanker paru masih menemui tantangan. Kolaborasi dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat membuka akses tes yang lebih luas bagi masyarakat.
Kepala Pelayanan Medik RSUP Persahabatan dr. Erlang Samoedro, SpP(K) mengatakan, Pemeriksaan molekuler dengan PCR untuk deteksi mutasi gen dan pemeriksaan menggunakan metode Imunohistokimia (IHK) untuk melihat ekspresi protein dapat membantu dalam pemilihan terapi lanjutan yang tepat.
Sebagai upaya untuk penegakan diagnosis kanker paru, RSUP Persahabatan bekerjasama dengan Roche Indonesia menyediakan pemeriksaan ALK dan PD-L1 dengan metode Imunohistokimia (IHK) secara cuma-cuma, dan saat ini telah melayani 30–50 pemeriksaan dalam sebulan.
” Tentunya, pemeriksaan tersebut dapat membantu pasien untuk mendapatkan diagnosis yang terstandar sehingga pengobatan pun lebih cepat dan tepat,”ujarnya.
Berdasarkan data terbaru, sebanyak 90% pasien kanker paru datang ke dokter setelah mereka memasuki stadium lanjut2, menyebabkan keterlambatan dalam penanganan kanker dan meningkatkan risiko kematian pada pasien.
Tegaknya pemeriksaan molekuler pada kanker paru sangat menentukan terapi yang optimal. Sesuai dengan panduan tatalaksana nasional, pemeriksaan molekuler standar yang wajib dilakukan adalah EGFR, ALK, PD-L1 dan ROS-1 untuk KPKBSK (kanker paru bukan sel kecil).
Baca juga:Waspada Bahaya Kanker Paru Akibat Kebiasaan Vape
Pakar Onkologi Toraks RSUP Persahabatan dan Direktur Eksekutif Asosiasi Studi Onkologi Toraks Indonesia (IASTO) Prof. dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P(K) menambahkan saat ini, baru pemeriksaan EGFR yang telah dijamin oleh BPJS Kesehatan, namun terbatas pada jenis sel tertentu. Sementara pemeriksaan lain seperti ALK, PD-L1, ROS-1 belum dijamin. Angka positif EGFR di Indonesia berkisar 45-50%, di mana masih ada sekitar 50% pasien BPJS yang mutasinya belum teridentifikasi sehingga kelompok tersebut kemungkinan besar belum mendapatkan terapi sesuai.
”Tentunya, hal ini tidak hanya berdampak pada kualitas hidup pasien. Namun, berdampak pula pada efisiensi biaya pelayanan kesehatan pada kanker paru di BPJS,”tukasnya.
“Kanker paru merupakan kanker tertinggi ke-3 di Indonesia, namun memiliki angka kematian tertinggi. Roche berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam melakukan diagnosis dini kanker paru dan membantu dokter dengan keputusan klinis mengenai target terapi kanker untuk manajemen pasien yang lebih baik. Kami berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan terkait untuk mendorong akses yang lebih luas terhadap pasien kanker paru, memberikan mereka peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.” ujar Director, Diagnostics Division, PT Roche Indonesia, Lee Poh-Seng.
Konferensi pers ini juga dihadiri oleh Koordinator Kanker paru dari Cancer Information & Support Center (CISC) Ibu Megawati Tanto dan Chairman of the Indonesia Health Economic Association (InaHEA) Prof. Dr. Hasbullah Thabrany yang tidak hanya menekankan pentingnya pemeriksaan komprehensif guna penegakan diagnosis dan penentuan target terapi yang tepat bagi pasien kanker paru.
Namun, peningkatan aksesibilitas pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) di Indonesia juga berperan penting untuk kualitas hidup pasien dan menekan beban pembiayaan.