Beritakota.id, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$420,7 miliar atau setara Rp 6.016,01 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS) pada akhir Januari 2021. Jumlah utang meningkat 2,6 persen secara tahunan namun lajunya melambat dibandingkan bulan lalu yang tumbuh 3,4 persen.
Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, peningkatan utang berasal dari utang pemerintah dan bank sentral yang mencapai US$213,6 miliar dan utang swasta termasuk BUMN US$207,1 miliar.
Erwin mengatakan, utang pemerintah tercatat US$210,8 miliar atau tumbuh 2,8 persen secara tahunan dan melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang lajunya 3,3 persen. Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan oleh pembayaran pinjaman bilateral dan multilateral yang jatuh tempo.
Sementara itu, posisi surat utang pemerintah masih meningkat seiring penerbitan surat utang negara (SUN) dalam denominasi dolar AS dan euro di awal tahun di tengah momentum likuiditas di pasar global yang cukup tinggi serta sentimen positif implementasi vaksinasi Covid-19 secara global.
“Perkembangan ULN juga didorong aliran masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang meningkat, didukung oleh kepercayaan investor asing yang terjaga terhadap prospek perekonomian domestik,” ujar Erwin dalam keterangan resmi, Senin (15/3/2021).
Erwin memaparkan, utang pemerintah digunakan untuk belanja di sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 17,6 persen dari total ULN. Lalu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sekitar 17,1 persen; sektor jasa pendidikan 16,2 persen, sektor konstruksi 15,2 persen, dan sektor jasa keuangan dan asuransi 13 persen.
Sementara, utang swasta tumbuh 2,3 persen secara tahunan atau melambat dari bulan sebelumnya 3,8 persen. Perkembangan ini didorong oleh melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) serta kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan yang lebih dalam.
“Pada akhir Januari 2021, ULN PBLK tumbuh sebesar 4,9 persen (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,3 persen (yoy),” ujarnya.
Berdasarkan sektornya, 77,1 persen dari utang swasta banyak mengalir ke sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Sisanya, mengalir ke sektor lain.
BI menilai struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal itu tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Januari 2021 yang tetap terjaga di kisaran 39,5 persen, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 39,4 persen.
“Struktur ULN Indonesia yang tetap sehat juga tercermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai 89,4 persen dari total ULN,” pungkasnya.